Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - طلب العلم

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Tanyakan Hal Ini pada Mahasiswa Akhir

31 Agustus 2024   09:39 Diperbarui: 31 Agustus 2024   09:55 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi mahasiswa akhir adalah perjalanan penuh liku dan tantangan, di mana penyelesaian skripsi menjadi tujuan utama yang menandai akhir dari proses perkuliahan.

Bagi banyak mahasiswa, skripsi bukan sekadar tugas akademis, tetapi simbol dari semua usaha, pengorbanan, dan keringat yang telah mereka curahkan selama bertahun-tahun.

Namun, di balik tugas besar ini, terdapat tekanan emosional yang sering kali terabaikan. Salah satunya adalah tekanan dari pertanyaan-pertanyaan seputar kemajuan skripsi yang sebenarnya sangat sensitif. "Gimana skripsi mu? Progress-nya udah sampai mana?" adalah pertanyaan yang kerap dilontarkan tanpa menyadari dampaknya bagi mahasiswa yang sedang berjuang di tahap akhir ini.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa saja diucapkan dengan niat baik, mungkin untuk menunjukkan perhatian atau sekadar mencari topik obrolan. Namun, bagi mahasiswa akhir, pertanyaan tersebut bisa menjadi pemicu kecemasan yang serius.

Menulis skripsi adalah proses yang tidak selalu berjalan mulus; ada banyak faktor yang memengaruhi kemajuan, mulai dari kesehatan mental, kehidupan pribadi, hingga kendala akademis seperti sulitnya menemui dosen pembimbing atau revisi yang tiada henti.

Bayangkan situasi ini, seorang mahasiswa yang sudah berbulan-bulan berjuang untuk menemukan topik yang tepat akhirnya berhasil mengajukan proposal.

Namun, setiap kali dia mencoba menemui dosen pembimbing untuk konsultasi, dosennya selalu sibuk, susah ditemui, atau bahkan sering tidak menanggapi pesan yang dikirim.

Dalam situasi seperti ini, kemajuan skripsi menjadi sangat lambat, meskipun mahasiswa tersebut telah berusaha sebaik mungkin. Ketika dia ditanya tentang kemajuan skripsinya, pertanyaan itu tidak hanya mengingatkan dia akan tantangan yang dihadapinya, tetapi juga membuatnya merasa semakin tertekan dan tidak berdaya.

Selain itu, ada juga situasi di mana mahasiswa telah mengajukan draft skripsi, tetapi menerima revisi yang banyak dan kompleks dari dosen pembimbing. Setiap kali dia menyelesaikan revisi, ada saja komentar baru yang muncul, membuat proses ini terasa seperti lingkaran tak berujung.

Pertanyaan seperti "Kapan sidangnya?" atau "Udah bab berapa?" menjadi sangat sensitif karena mereka mengingatkan mahasiswa tersebut bahwa mereka masih jauh dari garis finish, meskipun sudah menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun