Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Bikin Kita Jauh dari Literasi Global?

23 Agustus 2024   09:38 Diperbarui: 23 Agustus 2024   16:08 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, dengan segala kekayaan budaya dan keindahan alamnya, menyimpan satu masalah yang menjadi perhatian global, yaitu rendahnya minat baca di kalangan masyarakat. 

Fakta ini tidak dapat diabaikan, terutama ketika kita menilik data dari UNESCO yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah dalam literasi dunia. Angka ini mengindikasikan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, dengan hanya 0,001% populasi yang memiliki kebiasaan membaca.

Ini berarti, dari setiap 1.000 orang, hanya satu yang benar-benar aktif membaca. Kondisi ini sangat kontras dengan negara-negara maju yang memiliki tingkat literasi tinggi, di mana membaca sudah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca di Indonesia. Salah satu faktor utamanya adalah kurangnya akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas. Di banyak daerah, terutama di wilayah pedesaan dan terpencil, perpustakaan umum dengan koleksi buku yang memadai masih sangat terbatas. Kondisi ekonomi yang tidak mendukung juga menghalangi masyarakat untuk membeli buku-buku berkualitas.

Selain itu, perkembangan teknologi digital yang pesat turut memberikan dampak signifikan. Hiburan digital seperti media sosial, video games, dan platform streaming film lebih diminati daripada kegiatan membaca buku. Ini menciptakan tantangan besar dalam upaya meningkatkan minat baca, terutama di kalangan generasi muda yang tumbuh di era digital.

Lebih banyak menghabiskan waktu untuk media sosial daripada membaca| Image by Freepik.com
Lebih banyak menghabiskan waktu untuk media sosial daripada membaca| Image by Freepik.com

Faktor lain yang turut berkontribusi adalah sistem pendidikan di Indonesia yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan minat baca. Kurikulum yang ada saat ini cenderung menempatkan membaca sebagai tugas tambahan, bukan sebagai kegiatan yang menyenangkan dan membangun.

Di banyak sekolah, buku-buku yang digunakan sebagai bahan ajar seringkali kurang menarik dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Akibatnya, anak-anak tidak terbiasa dengan kebiasaan membaca sejak dini, dan hal ini terbawa hingga mereka dewasa. Ketika membaca tidak dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan, minat baca pun menjadi sangat rendah.

Meskipun situasi ini tampak suram, ada berbagai solusi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Salah satu langkah awal yang penting adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap buku-buku berkualitas. Perpustakaan umum dan sekolah harus diperkuat dengan koleksi buku yang menarik dan relevan.

Selain itu, teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi hambatan geografis dan ekonomi. Misalnya, dengan mengembangkan aplikasi membaca yang interaktif dan dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun