Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Sampai FOMO! Yuk, Prioritaskan yang Esensial

21 Agustus 2024   11:41 Diperbarui: 21 Agustus 2024   11:59 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi intensitas kebutuhan | Image by Okezone.com

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menguji kemampuan kita untuk menetapkan prioritas. Di tengah godaan konsumerisme dan tekanan sosial, banyak orang yang lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. Akibatnya, mereka sering kali merasa bingung dalam menentukan apa yang benar-benar penting dalam hidup. Memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta belajar memprioritaskan kebutuhan, adalah langkah penting menuju kehidupan yang lebih seimbang dan memuaskan.

Definisi dan Perbedaan Kebutuhan dengan Keinginan

Kebutuhan adalah hal-hal yang esensial untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan kita. Ini mencakup kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan. Tanpa pemenuhan kebutuhan ini, kualitas hidup kita akan menurun secara signifikan. 

Sebaliknya, keinginan adalah sesuatu yang bersifat tambahan dan tidak selalu diperlukan untuk hidup. Keinginan sering kali dipicu oleh pengaruh eksternal seperti media, tren, atau dorongan sosial. Sebagai contoh, memiliki kendaraan untuk transportasi adalah kebutuhan, tetapi menginginkan mobil mewah terbaru adalah keinginan.

Dampak Negatif dari Memprioritaskan Keinginan

Ketika keinginan lebih diutamakan daripada kebutuhan, berbagai masalah bisa muncul. Salah satu dampaknya adalah krisis keuangan pribadi. Banyak orang, terutama di kalangan muda, sering kali lebih fokus pada keinginan untuk memiliki barang-barang mewah atau mengikuti tren terkini, meskipun kondisi keuangan mereka tidak memungkinkan. 

Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam hutang atau menghadapi kesulitan keuangan ketika harus memenuhi kebutuhan dasar, seperti biaya kesehatan atau pendidikan. Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menilai kembali prioritas dan memastikan kebutuhan dasar terpenuhi sebelum memuaskan keinginan.

Selain dampak finansial, memprioritaskan keinginan juga bisa mengakibatkan masalah kesehatan mental. Ketidakmampuan untuk memenuhi keinginan yang tidak realistis dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan tidak puas. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan mental seseorang. Sebaliknya, dengan memprioritaskan kebutuhan, kita bisa mencapai ketenangan pikiran dan keseimbangan hidup yang lebih baik.

Contoh Kasus Nyata di Masyarakat

Fenomena memprioritaskan keinginan juga dapat dilihat dalam konteks yang lebih luas, seperti kebijakan publik dan manajemen sumber daya. Misalnya, dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara yang lebih memilih untuk menghabiskan anggaran mereka pada proyek-proyek besar dan megah, seperti pembangunan stadion atau gedung pemerintahan yang mewah, sementara kebutuhan dasar masyarakat, seperti pendidikan dan layanan kesehatan, masih belum terpenuhi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun