Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengungkap Realitas Smiling Depression

14 Agustus 2024   08:21 Diperbarui: 14 Agustus 2024   08:44 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smiling depression adalah istilah yang menggambarkan sebuah ironi dalam kehidupan modern, di mana seseorang tampak bahagia di luar namun hancur di dalam. Ini bukan sekadar ungkapan klise, tetapi sebuah realitas yang kerap tersembunyi di balik senyuman, obrolan ringan, atau tawa yang seakan tak berujung. 

Dalam dunia yang penuh dengan tekanan sosial untuk selalu tampak baik-baik saja, banyak orang memilih untuk menyembunyikan rasa sakit mereka di balik topeng kebahagiaan. 

Mereka yang mengalami smiling depression biasanya mampu menjalani rutinitas harian mereka dengan normal---bekerja, bersosialisasi, bahkan terlihat sukses---namun di dalam hati mereka menyimpan beban yang berat.

Fenomena ini mencerminkan betapa kuatnya tekanan sosial untuk mempertahankan citra diri yang sempurna, meskipun realitasnya sangat berbeda. 

Di era media sosial, di mana kebahagiaan sering kali diukur melalui postingan dan jumlah 'likes', semakin banyak orang yang merasa harus menyembunyikan pergumulan batin mereka. 

Mereka takut dihakimi, dianggap lemah, atau bahkan dikucilkan jika menunjukkan sisi rapuh mereka. Maka, mereka terus tersenyum, seolah tidak ada yang salah, meskipun di dalam hati mereka merasakan kehampaan yang mendalam.

Namun, smiling depression bukanlah tanda kekuatan, melainkan peringatan bahwa seseorang sedang berjuang sendirian di tengah keramaian. Menjadi penting bagi kita, sebagai masyarakat, untuk lebih peka dan peduli terhadap orang-orang di sekitar kita. Senyuman yang mereka tampilkan mungkin saja bukan cerminan kebahagiaan, melainkan cara mereka bertahan hidup di tengah badai. 

Terkadang, sebuah pertanyaan sederhana, "Apa kamu baik-baik saja?" bisa menjadi awal dari percakapan yang menyelamatkan hidup. 

Mari kita belajar untuk melihat lebih dalam, melampaui apa yang terlihat di permukaan, karena di balik senyuman seseorang mungkin tersembunyi seruan untuk pertolongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun