Dalam dunia dakwah, para ustadz seperti Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Abdul Somad, Buya Yahya, Gus Baha, Ustadz Syafiq, dan Ustadz Khalid dikenal sebagai panutan yang memberikan pencerahan bagi umat Islam. Masing-masing memiliki pendekatan dan metode dakwah yang unik, yang kadang-kadang bisa berbeda satu sama lain. Namun, penting bagi kita untuk fokus pada mengambil kebaikan dari setiap ustadz dan mengabaikan hal-hal yang mungkin tidak sejalan dengan pandangan kita, tanpa harus mencela atau merendahkan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
Â
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. Al-Ma'idah: 2).
Ayat ini mengingatkan kita untuk saling mendukung dalam kebaikan dan ketakwaan, termasuk dalam menghargai perbedaan pendekatan dalam berdakwah.
Menghargai perbedaan dalam dakwah adalah cerminan dari kedewasaan beragama. Setiap ustadz memiliki latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan yang berbeda, yang membentuk cara mereka menyampaikan pesan Islam. Oleh karena itu, perbedaan tersebut seharusnya dilihat sebagai kekayaan, bukan sebagai alasan untuk berselisih.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."Â (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga lisan dan menghindari ucapan yang bisa menyakiti orang lain, termasuk dalam konteks perbedaan pandangan dakwah.
Sangat disayangkan ketika sesama saudara Muslim saling mencela hanya karena perbedaan dalam cara berdakwah. Tindakan ini tidak hanya merusak ukhuwah Islamiyah, tetapi juga mengurangi esensi dari dakwah itu sendiri, yaitu menyebarkan kebaikan dan mempererat tali persaudaraan. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana dan santun dalam menghadapi perbedaan.
Selain itu, Allah SWT berfirman: