Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebuah Pandangan: Menerima Perbedaan dalam Dakwah

11 Juli 2024   06:02 Diperbarui: 11 Juli 2024   06:47 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
@A Muslim's Insights

Dalam dunia dakwah, para ustadz seperti Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Abdul Somad, Buya Yahya, Gus Baha, Ustadz Syafiq, dan Ustadz Khalid dikenal sebagai panutan yang memberikan pencerahan bagi umat Islam. Masing-masing memiliki pendekatan dan metode dakwah yang unik, yang kadang-kadang bisa berbeda satu sama lain. Namun, penting bagi kita untuk fokus pada mengambil kebaikan dari setiap ustadz dan mengabaikan hal-hal yang mungkin tidak sejalan dengan pandangan kita, tanpa harus mencela atau merendahkan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

 
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. Al-Ma'idah: 2).

Ayat ini mengingatkan kita untuk saling mendukung dalam kebaikan dan ketakwaan, termasuk dalam menghargai perbedaan pendekatan dalam berdakwah.

Menghargai perbedaan dalam dakwah adalah cerminan dari kedewasaan beragama. Setiap ustadz memiliki latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan yang berbeda, yang membentuk cara mereka menyampaikan pesan Islam. Oleh karena itu, perbedaan tersebut seharusnya dilihat sebagai kekayaan, bukan sebagai alasan untuk berselisih.

Nabi Muhammad SAW bersabda:


"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga lisan dan menghindari ucapan yang bisa menyakiti orang lain, termasuk dalam konteks perbedaan pandangan dakwah.

Sangat disayangkan ketika sesama saudara Muslim saling mencela hanya karena perbedaan dalam cara berdakwah. Tindakan ini tidak hanya merusak ukhuwah Islamiyah, tetapi juga mengurangi esensi dari dakwah itu sendiri, yaitu menyebarkan kebaikan dan mempererat tali persaudaraan. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana dan santun dalam menghadapi perbedaan.

Selain itu, Allah SWT berfirman:

 
"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." (QS. Al-An'am: 108).

Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak mencela atau menghina keyakinan orang lain, karena hal tersebut hanya akan menimbulkan permusuhan dan kebencian.

Oleh karena itu, mari kita jadikan para ustadz sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan beragama. Ambillah hikmah dan ilmu yang mereka sampaikan, dan jika ada hal-hal yang kita kurang setuju, tinggalkanlah dengan sikap yang bijak. Dengan begitu, kita dapat menjaga kerukunan dan kedamaian dalam komunitas Muslim, serta tetap fokus pada tujuan utama dakwah, yaitu menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Lebih lanjut, penting untuk menyadari bahwa perbedaan pandangan dan metode dakwah adalah hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Umat Islam berasal dari berbagai latar belakang budaya, sosial, dan pendidikan yang berbeda-beda. Justru, keberagaman ini seharusnya menjadi motivasi untuk saling belajar dan memperkaya pemahaman keislaman kita. 

Rasulullah SAW bersabda:

 
"Perbedaan di antara umatku adalah rahmat." (HR. Al-Baihaqi).

Hadis ini menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan dirayakan sebagai bagian dari rahmat Allah.

Dengan mengamalkan prinsip-prinsip ini, kita dapat membangun masyarakat Muslim yang harmonis dan inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai dan didengar. Inilah yang menjadi inti dari ajaran Islam, yaitu membawa kedamaian, keharmonisan, dan kebaikan bagi seluruh umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun