Kurikulum 2013 atau K13 masih sangat hangat diperbincangkan oleh publik dan kembali membuat pikiran saya tergelitik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) melakukan pengembangan K13 dengan tema besar yakni untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Tema ini diusung bukan tanpa alasan. Dalam skema Kemendikbud, K13 dikembangkan dengan alasan supaya para peserta didik dapat memiliki hal-hal sebagai berikut:
-Kemampuan berkomunikasi;
-Kemampuan berpikir jernih dan kritis;
-Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
-Kemampuan menjadi warga negara yang efektif;
-Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda;
-Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal;
-Minat luas mengenai hidup;
-Kesiapan untuk bekerja;
-Kecerdasan sesuai minat dan bakatnya.
Dalam mendukung tema K13 tersebut, perlu adanya penerapan metode tertentu yang dapat menarik para peserta didik untuk mencapai alasan-alasan sebagaimana dimaksud di atas. Dalam tulisan saya sebelumnya yang terkait mengenai K13 ini (lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2014/09/22/kurikulum-2013-belajar-lebih-cepat-berkembang-lebih-cerdas-689616.html), saya sempat sedikit menyinggung mengenai metode pembelajaran dengan cara acceleraed learning yang digunakan dalam pelatihan-pelatihan oleh kantor saya, Indonesia Jentera School of Law. Dari yang saya ketahui, Accelerated Learning adalah metode paling mutakhir yang didasari oleh penelitian neurologis yang terus dikembangkan selama dua puluh tahun terakhir mengenai kinerja otak manusia, khusus dibentuk untuk mempercepat proses pembelajaran bagi para pesertanya.
Accelerated Learning ternyata juga merupakan metode yang diterapkan dalam pengembangan K13. Semangat penerapan metode ini berdasarkan suatu pemahaman bahwa potensi pembelajaran manusia semakin berkembang pada saat seseorang dilibatkan secara penuh melalui aktivitas fisik, kreativitas, musik, gambar, warna, serta metode-metode lain yang diciptakan agar seseorang merasa dilibatkan secara penuh pada saat proses pembelajarannya. Berdasarkan metode Accelerated Learning, kebutuhan seseorang untuk mengoptimalkan pembelajarannya adalah melalui:
> Lingkungan Belajar yang Positif
Seseorang akan mengeluarkan potensi maksimalnya sewaktu dirinya berada di lingkungan positif –baik secara fisik dan emosional– yang nyaman, rileks, namun mampu menstimulasi untuk berpikir dan mengonsepkan ide-idenya. Adanya suatu lingkungan belajar yang nyaman mampu membangkitkan antusiasme agar peserta agar proses belajar berlangsung cepat, efektif, dan berkesan.
> Keaktifan Penuh
Seseorang belajar dengan baik pada saat dirinya aktif secara penuh pada masa proses pembelajaran. Tidak hanya mengandalkan bahan bacaan dan presentasi oleh pengajarnya, namun proses yang diberikan juga mengutamakan keterlibatan dan partisipasi aktif para pesertanya, sehingga tiap peserta memiliki pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diajarkannya menjadi suatu bentuk yang konkrit.
> Kolaborasi Antarpeserta
Seseorang belajar dengan baik saat dirinya berada di lingkungan yang mengutamakan kolaborasi. Accelerated learning menekankan kolaborasi guna membentuk jiwa kebersamaan, sehingga sesama peserta merasa sebagai bagian dari suatu komunitas pembelajar di kalangan peserta lainnya, dan dengan sendirinya tercipta suasana yang positif dan bebas dari unsur kompetisi dan konflik.
> Contextual Learning
Suatu fakta, kemampuan atau ilmu menjadi lebih mudah diolah dan diingat apabila dikemas dalam satu konteks kesatuan proses yang terus bersambung, yang diikuti dengan adanya refleksi, umpan balik, evaluasi, dan merayakan.
> Keseimbangan Tubuh dan Pikiran
Suatu pembelajaran tidak terus-menerus hanya mengandalkan “kepala” (kesadaran, rasional, logika, “otak kiri”, dan verbal), melainkan melibatkan tubuh dan pikiran secara seimbang melalui ekspresi emosi atau atau perasaan, gerak tubuh, dan panca indrawi. Kehadiran aktivitas fisik (seni gerak dan drama), kreativitas, musik dan irama, gambar, serta warna menjadi sangat membantu dalam meningkatkan proses belajar.
Optimalisasi pembelajaran melalui metode Accelerated Learning ini dapat mendorong pencapaian tujuan pengembangan kurikulum 2013, yang selain untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan dalam sistem kurikulum sebelumnya, juga bertujuan untuk mendorong para siswa supaya mampu menjadi lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang telah diperoleh atau diketahui setelah mereka menerima materi pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H