Mohon tunggu...
Narita Reky Firnada
Narita Reky Firnada Mohon Tunggu... -

Presuares of dream.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

First

8 April 2014   22:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:54 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Andrew Roarke hampir setiap orang kini sibuk membicarakan tentang ketampanan yang dimilikinya. Dia memiliki postur tinggi tubuh sekitar 180 centi meter, kulitnya yang putih, hidungnya yang bisa dikatakan mancung, dia juga memiliki mata yang tajam dan dia juga memiliki sebuah senyuman dimana senyuman tersebut bisa menghipnotis para gadis yang melihatnya. Sebenarnya bukan hanya soal ketampanannya saja, pria itu termasuk jenis pria yang sangat beruntung karena selain tampan, pria ini merupakan salah satu actor sekaligus model pria yang paling dikabumi beberapa tahun ini. Banyak sekali para produser film, iklan dan para pencari berita yang ingin bisa bekerjasama dengannya. Sebetulnya keberuntungannya pria ini bukan hanya soal ketampanan atau bakatnya menjadi seorang actor saja, tanpa menjadi actor pun pria ini sudah memiliki segalanya. Andrew merupakan satu-satunya pewaris tunggal dari sebuah perusahaan yang saat ini masih dijalankan oleh ayahnya.

Disinilah dia sekarang, disebuah sungai yang bisa dibilang pemandangannya cukup indah. Andrew menggunakan penyamarannya yang dirasanya sudah cukup lengkap. Kaca mata hitam, sebuah masker, topi dan juga dia menggunakan sebuah jaket karena dia merasa angin bertiup kencang hari ini. Dengan penyamarannya ini dia merasa tidak akan ada lagi yang mengenalinya, jadi dia bisa bersantai sedikit berjalan di area sungai ini.

Andrew sedang menunggu mesin minuman bekerja untuk mengeluarkan minuman kaleng yang sudah dia pesan. Matanya memandang kesekeliling, ternyata banyak sekali orang-orang yang menikmati sore harinya di area sungai ini, pikirnya. Saat minuman kalengnya sudah keluar dia langsung mengambilnya dan kembali berjalan mengitari tepian sungai tersebut. Pria itu berhenti sejenak untuk membuka minumannya saat matanya tidak sengaja melihat pemandangan seorang gadis yang sedang duduk di salah satu kursi berwarna putih tepat di hadapannya. Gadis dihadapan nya ini benar-benar sangat menarik perhatiannya. Gadis ini menggunakan kemeja kebesaran yang bermotif bergaris berwarna biru muda, menggunakan celana jeans dengan warna senada biru muda serta menggunakan sepatu kets berwarna hitam. Bukan penampilan gadis itu sebetulnya yang dia perhatikan, melainkan gadis itu sendiri, wajah gadis itu terlihat sangat cantik tanpa polesan make up diwajahnya, gadis itu berbeda dengan gadis yang selama ini dia lihat disekelilingnya. Hanya dengan menatap gadis itu saja sudah membuat jantungnya berdetak tak beraturan. Gadis ini sepertinya tidak menyadari tentang siapa saja yang sekarang ada disekelilingnya karena gadis di hadapan nya ini sedang sibuk dengan camera yang di pegangnya, gadis ini mengemut sebuah lollipop dimulutnya yang semakin membuatnya semakin terlihat sangat lucu dan menarik perhatiannya. Saat dia baru akan melangkahkan kakinya untuk menduduki kursi kosong sebelah gadis itu, tiba-tiba handphone nya bordering, dia mendecak kesal mengangkat telpon dari manajernya yang menurutnya tidak penting dibandingkan kesempatan untuk mendekati gadis itu. Lihat saja, dia akan membunuh managernya jika dia kehilangan gadis itu, batinnya. Dan benar saja gadis itu sudah tidak ada. Managernya benar-benar akan mati ditangannya, dia bisa pastikan itu. Tapi dia akan kembali. Ya, dia akan kembali untuk bertemu gadis itu, gadisnya. ucapnya mantap di dalam hatinya.

***

“Jadi apa mengambil foto akan memakan waktu selama ini? Ini bahkan sudah malam, dan kau berjalan sendirian, bagaimana mungkin kau melakukan nya?”

Gadis yang dicecar pertanyaan oleh sahabatnya itu hanya mampu tersenyum miring, berjalan masuk ke dalam apartemen nya yang cukup luas untuk ditemapti oleh dia dan Calista.

Gadis itu tidak menjawab pertanyaan Calista dan sibuk melihat setiap objek foto yang di ambilnya tadi, ada satu objek foto yang menarik perhatian nya, dari foto yang dia ambil itu, dia bisa melihat seorang pria mengenakan jaket, kaca mata hitam sedang mendecak kesal saat berbicara lewat ponsel. Entah mendapat ide dari mana saat tiba-tiba tangan nya menngangkat kameranya mengambil objek saat pria itu sedang berbicara lewat ponselnya, Ada beberapa gambar yang berhasil dia ambil saat pria itu sedang tidak sadar tentang dirinya yang secara diam-diam mengambil gambarnya.

Kesan pertamanya adalah pria itu cukup tampan tampan dengan setiap exspresi yang dimilikinya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya menjernihkan kepalanya dan cepat-cepat mematikan cameranya. Ini bukan saatnya untuk dirinya memerhatikan seorang pria apalagi pria yang dia lihat adalah pria asing yang belum dia kenal.

“Bisa tolong buatkan aku secangkir cokelat panas?” ucap Gadis itu pada Calista, Dia tidak perlu lagi menjawab pertanyaan Calista karena bagaimana pun jawaban nya tetap sama seperti kemarin-kemarin, tidak akan pernah berubah.

“Baiklah, aku bahkan tidak berharap jawaban dari pertaanku” cetus Calista pergi ke dapur meninggalkan gadis itu.

Kadang Calista tidak habis pikir tentang kebiasaan sahabatnya yang tidak berubah sejak beberapa tahun ini, dia lebih banyak menyendiri semenjak di tinggal kekasihnya yang sudah ia pacari 10 tahun itu. Sahabatnya itu pernah berkata “Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya saat semuanya terasa bebrbeda?”, yah bahkan kejadian itu sudah 2 tahun yang lalu, mantan kekasihnya pun sudah menikah sekarang, gadis itu lebih banyak menutup diri, yang dia lakukan hanya memotret, karena jika dia memotret dia akan melupakan segalanya, termasuk melupakan mantan kekasihnya itu.

***

Pagi pertama di bulan Februari, pagi dimana segalanya berubah. Gadis itu hanya tersenyum miris mengingat segalanya, mengingat saat dimana dia merasa begitu bodoh karena menggantungkan hidupnya pada seseorang yang bahkan pergi meninggalkan nya begitu saja, gadis itu kadang berpikir, sudah saatnya dia melanjutkan hidupnya, ya sudah saatnya.

Gadis itu memasuki sebuah perusahaan majalah ternama, menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya, hari ini adalah hari pertama dia mau tugaskan untuk memotret seseorang, sebelumnya gadis itu tidak pernah mau memotret objek hidup seperti manusia, karena memotret seorang manusia sama saja mengingatkan nya akan pria itu yang selalu menjadi objek pribadinya saat itu.

Gadis itu menakan tombol lift menunggu pintu lift terbuka, beberapa saat kemudian saat pintu lift itu terbuka, dia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, dia bertemu lagi dengan pria itu, pria yang dia ambil fotonya saat di sungai. Pria itu kali ini tidak mengenakan kaca mata hitam nya, dia memakai kemeja putih dibalut dengan celana jenas dan dengan rambut yang di tata tidak begitu rapi menambah kesan tampan pada wajahnya. Mata pria itu tajam dan tatapan mata pria itu membuatnya tidak bisa lepas, seperti ada magnet yang membuat gadis it uterus menatap mata pria itu.

***

Seseorang pernah berkata, kejarlah seseorang yang mengambil detak pertamamu, karena bisa jadi dia adalah takdir yang selama ini engkau cari. Seperti saat ini, dia bertemu lagi dengan gadis itu. Gadis yang telah mengambil detak pertamanya. Gadis yang dia menurutnya akan menjadi miliknya suka atau tidak suka. Sekali saja biarkan dia egois, biarkan dia egois untuk memaksa gadias itu agar menyukai nya juga.

“Kau tidak  jadi masuk?” ucap pria itu kaku, menunggu respon gadis itu.

“Oh ya, maaf membuat lama menunggu” gadis itu memasuki lift sama kakunya dengan pria itu, gadis itu hanya bisa diam saja menunggu lift cepat naik dan dia bisa cepat pergi dari hadapan Pria itu.

“Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya” pria itu berkata memecah keheningan antara mereka berdua di dalam lift itu.

“Benarkah?” Gadis itu menatap lekat pria yang ada di sampingnya itu, dia baru sadar prian ini cukup tinggi, bau tubuh pria itu pun sangat menyegarkan dan menenangkan.

“Hmm, dan aku berharap pertemuan ini akan terus berlanjut” pria itu tersenyum, memerhatikan respon gadis itu. Sangat cantik. Masih sama seperti saat pertama kali dia melihat sore itu saat gadis itu di sungai.

Pria itu menarik nafas panjang, mencoba menormalkan kembali detak jantungnya yang tidak normal. Dalam gerakan lambat pria itu menatap gadia itu, mencoba menahan rasa gugupnya untuk berbicara.

“Kau percaya seseorang akan jatuh cinta saat hanya melihat nya saja? Aku bahkan tidak percaya tentang itu” Pria itu menarik nafas panjang dan melanjutkan. “Tapi bagaimana pun juga aku sepertinya harus mulai percaya tentang hal itu, karena saat pertama aku melihatmu, aku hanya merasa seluruh dunia sudah aku genggam hanay dengan melihatmu saja.”

Hari itu, pria itu sadar tentang bagaimana takdir bisa mempermainkan setiap orang. Hari itu pria itu percaya bahwa takdir sangat berbaik hati mempertemukan nya dengan gadis itu kembali. Pria itu hanya merasa bersyukur Tuhan sangat berbaik hati mempertemukan nya lagi dengan gadis itu. Gadisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun