Mohon tunggu...
Nari Ratih
Nari Ratih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Drama

Harapan yang Tulus, Part 1

4 Februari 2016   19:23 Diperbarui: 4 Februari 2016   22:09 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata ada mila yang mengagetkanku dari belakang. Mila yang selalu ada saat aku membutuhkannya dan saat aku dalam kesulitan.

“kenapa kok gak ada senyuman dipagi ini. Lagi gak mood ya? Sahut mila

“gak papa, Cuma males buat balas salam dan hormat dari adek2”

“udahlah, yang penting kita udah menjawab atau menganguk itu saja sudah cukup”

Ayo mil, keburu nanti ayah marah. Sepanjang jalan menuju kelas banyak adek kelas yang terus memberi salam dan hormat kepada kami. Emang sih, kami sering bosan untuk menjawabnya terus- menerus, tapi itu semua udah jadi kebiasan buat kami.

Ternya ayah sudah menunggu didepan kelas dan melihatku dengan wajah kakunya.

“Pagi, ayah”  sahutku dan mila

“apa ini jam berapa kamu datang? Mana kuncinya, saya gak bisa masuk kelab ?

“masih jam 06.20 , ini kuncinya! Sambil memberikan kunci tersebut.

“oh ya, nanti bilang sama temen2 , pada saat bel tanda jamn pertama segera ganti dan kumpul dilapangan”

“sharp”  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun