Hari pencoblosan tinggal menghitung jam. Seolah semua hal terhenti untuk agenda besar negeri ini. Jam-jam menjelang pencoblosan, lagi-lagi seperti sudah menjadi penyakit musiman, trend bagi-bagi uang, barang terjadi. Tiba-tiba saja, alat berat pelindas aspal datang ke kampung saya. Tidak lama kemudian, jalanan berlubang yang dari dulu dibiarkan, tiba-tiba ditambal. Saya dengar omong-omong tetangga, ada yang mengatakan dari calegnya Gerindra, ada juga yang bilang dari calegnya PDIP.
Minggu lalu, saat saya pulang ke Solo, ibu dan adik ipar saya bercerita, “Ibu-ibu PKK etuk (dapat) kain soko (dari) –partai- Hanura.”
Saya hanya sekilas melihat nama caleg dan fotonya. Belum juga saya foto, kertas tersebut disobek-sobek ponakan saya yang berumur 4 (empat) tahun.
Sore kemarin (6/4), saat saya tengah duduk-duduk di beranda depan, seorang tetangga yang mengaku mendapat ‘tugas tambahan’ dari Partai Amanat Nasional (PAN), membagi amplop sebanyak tiga lembar. Hanya tiga. Barangkali memang saya yang jarang ada di Solo tidak termasuk dalam hitungan ‘jatah’. Satu amplop saya buka, isinya uang Rp. 25.000 dan kartu bergambar dan bernama H. Suryadi, SE, SH, MM. Caleg DPRD Kabupaten Sukoharjo.
[caption id="attachment_319077" align="aligncenter" width="576" caption="Rp 25 ribu dari Caleg PAN H. Suryadi, SH, SE, MM (foto-foto oleh Ninuk Setya)"][/caption]
Sore ini (7/4), hanya selang dua hari menjelang Pemilu Legislatif, saya mendapat lagi amplop berisi uang sebesar Rp. 30.000. Amplop itu diantar oleh ‘porter’ yang berbeda. Saya hanya berpikir, barangkali tetangga saya itu hanya simpatisan. Sepanjang saya tahu, mereka hanya buruh harian dan tidak aktif dalam kegiatan partai.
Selain uang Rp 30 ribu, di dalam amplop berisi kartu dan nama Jaka Wuryanto, SH, caleg dari Partai Golkar di Daerah Pemilihan Sukoharjo 4, DPRD Kabupaten. Pun, saya tidak tahu dan tidak kenal dengan caleg ini.
[caption id="attachment_319078" align="aligncenter" width="608" caption="Rp 30 ribu dari Caleg Golkar Jaka Wuryanto, SH"]
H-1, entah caleg dari mana lagi yang akan membagikan uang kepada saya. Saya tunggu saja untuk saya foto. Oya, mohon maaf kalau saya tidak tahu harus menyebut kertas bergambar dan bertuliskan itu bernama apa. Saya hanya tertarik untuk memfotonya saja, setelah melaporkan pada Panwaslu Sukoharjo melalui SMS. Nomer ponsel Panwaslu Sukoharjo sendiri saya dapat dari hasil mencari di google. Entah direspon atau tidak, saya sendiri tidak ambil pusing.
Bagi saya pribadi, bagi-bagi uang dan barang apapun agar mereka dipilih sebagai wakil rakyat adalah hinaan paling hina kepada saya yang Warga Negara Indonesia., yang akan mereka wakili.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H