Mohon tunggu...
Ninuk Setya Utami
Ninuk Setya Utami Mohon Tunggu... lainnya -

Beberapa bulan ini nyari uang segede koran di salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Pengennya, bisa segera kembali ke Kepulauan Riau, atau bersua bersama saudara-saudaraku suku-suku termajinalkan di Indonesia. Berbagi kasih, berbagi keceriaan....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nengok Kompasiana di Dusun

4 Maret 2018   12:27 Diperbarui: 7 Maret 2018   11:12 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku harus menunggu hari Rabu. Tidak mengapa, bisa sekalian membeli keperluan dapur. Belanja di pekan biasanya harganya agak lebih murah. Aku senang, sebab listrik menyala. "Munggaho wae, Mbak, neng kene rame, ndak keganggu (Naik saja, di sini --tokonya- ramai orang, nanti terganggu)," pinta Mak Rasti.

Aku mulai mengetik. Toh kalau sedang berada di depan laptop, tulisan tangan tidak begitu kupedulikan lagi. Otak yang berlari harus kukejar dengan jemari.

Oh Tuhan.. Tuts laptop tua kami ternyata tidak mau mengeluarkan angka yang kubutuhkan. Angka 8, angka 9 macet. Sejak awalpun keyboard laptop terus mengeluarkan huruf e tanpa saya kehendaki. Menulis di laptop membuat aku senewan.

Usai mengetik, tulisan itu langsung kukirim melalui email. Dalam badan surat, dengan menanggung malu kutulis permintaan maaf. Angka 8 dan 9 seharusnya ditulis angka, bukan delapan atau sembilan.

  • -

Iklan di kompasiana kubacai. Menarik. Lalu?

e-mandiri. Lha ini...

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Sejak sering tinggal di wilayah pelosok, dimana untuk ke bank harus menempuh waktu berjam-jam, aku memutuskan hanya punya satu rekening. BRI. Sebab bank ini, di banyak daerah ada dimana-mana, ujung bumi nusantara sekalipun.

April 2017 lalu, sebelum KTPku kadalursa, aku mengurus perpindahan alamat rekening BRI-ku di Kantor Unit Pasar Bawah, Bangko. Di buku rekening, alamatku masih Solo, sementara alamat setelah menikah adalah Bandung. Dari pondokku ke Bank BRI di Bangko, butuh waktu 45 menit jalan dan 3 jam bermobil. Pagi gulita nan dingin harus bangun, jalan kaki ke dusun secepatnya agar tidak ketinggalan mobil travel ke kota.

Costumer service itu mengecek ini itu juga menelpon BRI Kanca Tapaktuan, Aceh Selatan, menerangkan ini itu cukup lama. Memang tahun 2008 lalu, aku mendaftar di sana.

"KTP dan KK Ibu Ninuk ini agak meragukan. Ini saya check....Ibu Ninuk sudah melakukan rekam data di Solo ya. Alamat eKTP masih Solo. Artinya....saya tidak tahu nih apakah KK dan KTP yang ini (yang sedang dipegangnya) asli," katanya. Aku bosan mengulang-ulang bahwa aku mendapat KTP dan KK sebab aku sudah mengajukan pindah penduduk di Solo, dan sekarang sudah tercatat sebagai penduduk Kota Bandung.

Ia mengatakan, tidak bisa membantu sekalipun hanya mengubah alamat di buku rekening. KK dan KTP keluaran Pemkot Bandung tidak laku. "Yang penting tidak rusak saja ATMnya," ujar si ibu berbaju biru itu menasehati. Ia juga memberi keterangan, jika pun menutup rekening Tapaktuan, aku tidak bisa membuat rekening BRI lagi karena e-KTP masih Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun