Aku harus menunggu hari Rabu. Tidak mengapa, bisa sekalian membeli keperluan dapur. Belanja di pekan biasanya harganya agak lebih murah. Aku senang, sebab listrik menyala. "Munggaho wae, Mbak, neng kene rame, ndak keganggu (Naik saja, di sini --tokonya- ramai orang, nanti terganggu)," pinta Mak Rasti.
Aku mulai mengetik. Toh kalau sedang berada di depan laptop, tulisan tangan tidak begitu kupedulikan lagi. Otak yang berlari harus kukejar dengan jemari.
Oh Tuhan.. Tuts laptop tua kami ternyata tidak mau mengeluarkan angka yang kubutuhkan. Angka 8, angka 9 macet. Sejak awalpun keyboard laptop terus mengeluarkan huruf e tanpa saya kehendaki. Menulis di laptop membuat aku senewan.
Usai mengetik, tulisan itu langsung kukirim melalui email. Dalam badan surat, dengan menanggung malu kutulis permintaan maaf. Angka 8 dan 9 seharusnya ditulis angka, bukan delapan atau sembilan.
- -
Iklan di kompasiana kubacai. Menarik. Lalu?
e-mandiri. Lha ini...
April 2017 lalu, sebelum KTPku kadalursa, aku mengurus perpindahan alamat rekening BRI-ku di Kantor Unit Pasar Bawah, Bangko. Di buku rekening, alamatku masih Solo, sementara alamat setelah menikah adalah Bandung. Dari pondokku ke Bank BRI di Bangko, butuh waktu 45 menit jalan dan 3 jam bermobil. Pagi gulita nan dingin harus bangun, jalan kaki ke dusun secepatnya agar tidak ketinggalan mobil travel ke kota.
Costumer service itu mengecek ini itu juga menelpon BRI Kanca Tapaktuan, Aceh Selatan, menerangkan ini itu cukup lama. Memang tahun 2008 lalu, aku mendaftar di sana.
"KTP dan KK Ibu Ninuk ini agak meragukan. Ini saya check....Ibu Ninuk sudah melakukan rekam data di Solo ya. Alamat eKTP masih Solo. Artinya....saya tidak tahu nih apakah KK dan KTP yang ini (yang sedang dipegangnya) asli," katanya. Aku bosan mengulang-ulang bahwa aku mendapat KTP dan KK sebab aku sudah mengajukan pindah penduduk di Solo, dan sekarang sudah tercatat sebagai penduduk Kota Bandung.
Ia mengatakan, tidak bisa membantu sekalipun hanya mengubah alamat di buku rekening. KK dan KTP keluaran Pemkot Bandung tidak laku. "Yang penting tidak rusak saja ATMnya," ujar si ibu berbaju biru itu menasehati. Ia juga memberi keterangan, jika pun menutup rekening Tapaktuan, aku tidak bisa membuat rekening BRI lagi karena e-KTP masih Solo.