Kejutan Indah di Hari Guru
     Suasana pagi itu terasa berbeda di kelas 12A SMA Harapan Bangsa. Biasanya, siswa-siswa sudah ribut dengan obrolan atau tugas yang belum selesai. Namun, pagi ini, mereka tampak sibuk dengan persiapan kejutan untuk Hari Guru. Di tengah ruangan, sebuah kue besar dengan hiasan sederhana dan tulisan "Selamat Hari Guru, Ibu Hamidah!" terletak di atas meja. Di sampingnya, ada sebuah kotak kado yang sudah dihias dengan pita merah.
Rani, ketua kelas, mengatur teman-temannya dengan penuh semangat. "Oke, teman-teman! Ibu Hamidah biasanya masuk jam 08.00 tepat. Jadi, begitu beliau masuk, kita langsung nyanyi, ya! Jangan lupa senyumnya, biar Ibu senang."
Faris, yang dikenal sering bercanda di kelas, menambahkan, "Eh, siapa yang pegang balonnya? Jangan sampai balonnya meledak sebelum waktunya, ya. Nanti ketahuan!"
Semua tertawa kecil, meskipun rasa gugup dan semangat terlihat di wajah mereka. Di sudut kelas, Adi terlihat sibuk menyalakan lilin di atas kue. "Beneran nih, lilinnya nggak boleh kena angin. Kalau mati sebelum Ibu datang, gimana dong?"
"Tenang, Adi," sahut Siti. "Kita pasti sukses kok! Yang penting, kita bikin Ibu Hamidah bahagia hari ini."
Ibu Hamidah merupakan guru matematika mereka. Meski terkenal tegas, beliau sangat peduli pada murid-muridnya. Beliau sering memberi motivasi untuk menghadapi ujian akhir, bahkan kadang memberikan waktu tambahan untuk murid yang kesulitan memahami pelajaran. Tidak heran, semua siswa 12A sepakat untuk memberikan kejutan khusus di Hari Guru ini.
Jarum jam mendekati pukul 08.00. Semua siswa segera bersembunyi di balik meja masing-masing. Lampu kelas dimatikan, membuat ruangan menjadi sedikit gelap. Hanya cahaya lilin dari kue yang menerangi meja guru.
Terdengar suara langkah kaki mendekati pintu kelas. Semua siswa menahan napas. Ketika pintu terbuka, wajah Ibu Hamidah muncul dengan raut penasaran. "Kenapa gelap begini? Lampunya mati, ya?"
Begitu beliau melangkah masuk, serempak semua siswa keluar dari persembunyian mereka dan berteriak, "Selamat Hari Guru, Ibu Hamidah!"
Ibu Hamidah terkejut sejenak, tapi kemudian senyumnya merekah. Matanya berbinar melihat kue dan kado di mejanya. "Ya ampun, anak-anak... Terima kasih banyak! Ibu nggak menyangka sama sekali."