Cerpen: Langkah Abbas Menuju Impian
Abbas adalah seorang remaja yang sejak kecil memiliki mimpi besar yaitu ingin melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Semangat itu tumbuh semakin kuat ketika ia menginjak bangku SMA. Hari pertama masuk sekolah, ia memandang papan tulis di kelasnya dengan tekad, "Aku harus masuk universitas itu."
Sejak kelas X, Abbas sudah berbeda dari kebanyakan temannya. Sementara yang lain sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler atau bermain, Abbas mulai mengatur strategi belajar. Ia mencari tahu tentang sistem seleksi perguruan tinggi, memahami jurusan yang diminati, dan mulai menyusun jadwal belajar harian.
"Belajar tidak harus lama, asal konsisten," ucapnya pada diri sendiri.
Setiap sore setelah pulang sekolah, Abbas menghabiskan waktu satu hingga dua jam untuk belajar materi pelajaran. Ia juga rajin mengikuti bimbingan belajar online, membaca buku panduan SBMPTN, dan mencoba berbagai soal simulasi.
Namun, perjalanan Abbas tidak selalu mulus. Saat naik ke kelas XI, ia mulai merasa berat dengan materi pelajaran yang semakin sulit. Nilai-nilainya sempat menurun, dan ia mulai meragukan kemampuannya sendiri.
Suatu malam, Abbas mengeluh pada ibunya, "Bu, rasanya sulit sekali. Apa aku bisa masuk ke universitas itu?"
Ibunya tersenyum lembut dan menepuk bahu Abbas. "Nak, setiap impian besar pasti butuh perjuangan besar juga. Jangan berhenti hanya karena jalan terasa terjal."
Kata-kata itu menjadi penguat bagi Abbas. Ia kembali bangkit, mengatur ulang strateginya, dan memanfaatkan waktu dengan lebih efisien.
Ketika masuk kelas XII, suasana semakin serius. Abbas tidak hanya belajar untuk ujian sekolah tetapi juga fokus mempersiapkan seleksi masuk perguruan tinggi. Ia mengikuti berbagai tryout, berdiskusi dengan teman-temannya, dan terus meningkatkan kemampuan di mata pelajaran yang menjadi kelemahannya.
Di tengah kesibukannya, Abbas juga meluangkan waktu untuk berdoa. Ia percaya, selain usaha keras, doa adalah kunci penting dalam meraih mimpi.
Hari Pengumuman
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Abbas duduk di depan layar komputer dengan jantung berdegup kencang. Tangannya gemetar saat mengetik nomor peserta di laman pengumuman seleksi.