Mohon tunggu...
Nargis Mahdiyah
Nargis Mahdiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - University

Sebagai mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Sains Informasi, saya memiliki minat yang mendalam dalam dunia penulisan artikel yang beragam dan inspiratif. Penulisan bagi saya adalah salah satu cara untuk menyampaikan informasi yang relevan, mendidik, dan tentunya menginspirasi pembaca dalam menyikapi perubahan dunia yang semakin dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Rumah di Ujung Desa Lawu

15 Oktober 2024   11:13 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:53 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Rumah di Ujung Desa Lawu (Editing by Canva). Sumber: Nargis Mahdiyah, 2024 (Dokumen Pribadi).

Rumah di Ujung Desa Lawu

Oleh: Nargis Mahdiyah

Malam itu, langit gelap di hiasi bintang, dan udara terasa semakin dingin di desa terpencil yaitu desa Lawu tempat sekelompok mahasiswa KKN melaksanakan kegiatan mereka. 

Desa itu terletak jauh dari keramaian, dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Enam orang mahasiswa yaitu Raka, Alya, Farel, Lisa, Sinta, dan Bima telah mendengar cerita aneh dari warga setempat tentang sebuah rumah kosong di ujung desa. 

Rumah itu sudah lama ditinggalkan dan dikenal dengan berbagai kisah menyeramkan."Berani nggak kita ke rumah itu?" Raka mengusik, mencoba memancing keberanian teman-temannya.

Alya, yang dikenal paling penakut, langsung menolak. "Nggak, deh. Katanya rumah itu angker. Banyak yang bilang sering denger suara aneh dari sana."


Farel, yang selalu penasaran dengan hal-hal mistis, tersenyum lebar. "Justru itu yang bikin menarik. Kapan lagi kita punya pengalaman mistis? Kita cek sebentar aja, lagipula cuma sekedar rumah tua."

Setelah berdiskusi singkat, mereka memutuskan untuk pergi bersama-sama, lebih untuk menghilangkan rasa bosan dari rutinitas KKN yang cukup padat. Dengan berbekal senter dan jaket tebal, keenamnya berjalan menuju rumah itu. Warga desa sempat mengingatkan mereka untuk tidak mendekati rumah tersebut, tapi rasa penasaran mereka sudah terlalu besar untuk diabaikan.

Setelah berjalan selama 20 menit melalui jalan setapak yang semakin sempit dan berbatu, mereka tiba di depan rumah tua itu. Rumah tersebut tampak besar dengan atap yang sebagian sudah runtuh, jendela-jendelanya pecah, dan halamannya dipenuhi tanaman liar. Suasana di sekitar rumah terasa sangat sunyi, seolah-olah seluruh desa terisolasi dari tempat itu.

"Kita masuk, yuk," ucap Farel tanpa ragu. Ia langsung mendorong pintu kayu yang sudah lapuk dan berbunyi pelan.

Begitu masuk, bau lembap dan apak langsung menyergap hidung mereka. Dinding rumah itu penuh dengan lumut, dan lantainya dipenuhi debu tebal. Lisa memegang senter dan mengarahkannya ke berbagai sudut, mencoba memecah kegelapan yang terasa pekat. Di salah satu sudut ruangan, tampak kursi goyang tua yang bergerak pelan, meskipun tak ada angin yang berhembus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun