Mohon tunggu...
Nareswari Reswara Widya
Nareswari Reswara Widya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hubungan Internasional UPN - "Veteran" Yogyakarta

#upnyk2021 #hiasteng2023 #kampusiana2023

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apakah Kerja Sama dengan Indonesia Menjadi Langkah yang Tepat Bagi Kamboja untuk Memulihkan Sektor Ekonomi Kreatif dan Pariwisatanya?

25 April 2023   17:42 Diperbarui: 25 April 2023   17:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Globalisasi telah mendorong adanya revolusi industri dimana pada saat ini kita telah memasuki era Revolusi Industri 4.0. Pada era ini, terdapat perubahan terhadap manusia baik itu dalam cara berpikir, hidup, dan berhubungan dengan satu sama lain. Selain semakin meluasnya interaksi yang dapat dilakukan oleh manusia, terdapat juga disrupsi pada aktivitas manusia dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang ekonomi. Penggunaan teknologi dewasa ini menjadi hal yang esensial dalam kehidupan sehari-hari dimana dengan pengetahuan akan penggunaan teknologi yang mapan dapat menunjang kreativitas dan inovasi. Dengan terfasilitasinya kedua hal tadi maka dapat meningkatkan perekonomian, sehingga muncullah istilah ekonomi kreatif. 

Apakah ekonomi kreatif itu? Menurut UNCTAD (United Nations Conference on Trade And Development) yang dilansir pada Creative Economy Outlook 2022, ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang berkembang berdasarkan pada ide, gagasan, atau kriya yang memiliki potensi untuk menghasilkan suatu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dengan adanya ekonomi kreatif ini mampu untuk mendorong peningkatan lapangan kerja dan pendapatan secara ekonomis sembari melakukan promosi mengenai keterlibatan sosial, keberagaman budaya, dan human development. Ekonomi kreatif tidak hanya mencakup aspek ekonomi saja, melainkan aspek budaya dan sosial dengan sentuhan teknologi, kekayaan intelektual, dan menekankan peningkatan pada sektor pariwisata. Ekonomi kreatif juga dapat dikatakan sebagai seperangkat kegiatan ekonomi yang berbasis pada pengetahuan dengan dimensi pembangunan dan memiliki keterkaitan lintas sektoral di tingkat makro dan mikro dengan perekonomian secara keseluruhan. Ekonomi kreatif mulai digunakan sebagai salah satu opsi pembangunan diperlukan tanggapan kebijakan multidisiplin yang inovatif dan tindakan antar kementerian. 

UNCTAD  melakukan survei pada tahun 2021 silam yang menunjukkan bahwa banyak negara, terutama di Asia Tenggara mulai menerapkan ekonomi kreatif. Hal tersebut dikarenakan ekonomi kreatif dipandang menjadi opsi pembangunan yang layak untuk dikembangkan karena dampaknya yang cukup signifikan terhadap perekonomian negara dan kesejahteraan rakyatnya. Pada 2020, tercatat ekspor global barang-barang kreatif mencapai $524 juta dan ekspor layanan kreatif dunia mencapai $1,1 triliun. Selain itu, studi juga membuktikan bahwa ekonomi kreatif telah menjadi sektor selain sosial, politik, dan ekonomi yang semakin penting. Hal tersebut ditandai mengenai peningkatan pendapatan bagi negara yang berasal dari perdagangan internasional barang dan jasa kreatif. Survei tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 33 negara sebagai negara anggota ekonomi kreatif telah melakukan pengaturan kelembagaan dan rencana serta strategi nasional, salah satunya adalah Kamboja.  

Pemerintah Kamboja melalui Kementerian Kebudayaan dan Seni Rupa atau Ministry of Culture and Fine Arts (MCFA) telah menetapkan kebijakan dan strategi khusus untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya kerajaan yang kaya baik itu berwujud maupun tidak berwujud sembari memaksimalkan potensi serta sumber daya budaya negara tersebut. Tujuan ini tertuang pada Rencana Strategi Kementerian Kebudayaan dan Seni Rupa 2019-2023 yang berfokus pada peningkatan konservasi dan pengembangan warisan budaya untuk menarik tidak hanya wisatawan nasional tetapi juga wisatawan internasional. Rencana tersebut berfokus pada promosi Kamboja untuk menjadi pusat produk seni dan budaya pertunjukkan, dan menjadi lokasi produksi film asing, penciptaan lapangan kerja di bidang kebudayaan, mendukung dan mendorong kreasi baru di semua bidang seperti musik, audio-visual, film, penerbitan, seni pertunjukan, kriya, lukisan, tenun tradisional, desain, dan arsitektur, penyelenggaraan festival untuk pameran karya kreatif baru dan produk budaya dan industri kreatif. Rencana tersebut juga berupaya memperluas pasar dan produk budaya dengan mempromosikan kreativitas dan inovasi dalam musik, film, seni visual, kerajinan tangan, tenun tradisional, dan desain kepada seniman dan produser. Dengan demikian pembangunan ekonomi di Kamboja dapat meningkat terkhususnya melalui industri travel dan pariwisata. Kebijakan yang dibentuk menjadi salah satu upaya Kamboja untuk mempromosikan dan mendorong ekonomi kreatif yang berbasis budaya dimana sektor ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pembangunan ekonomi dan mata pencaharian rakyatnya. 

Untuk memaksimalkan pertumbuhan industri dan ekonomi kreatif maka perlu untuk melakukan pengadopsian sejumlah kerangka hukum nasional juga internasional serta meningkatkan kerjasama antar kementerian dan kemitraan publik-swasta. Pertumbuhan industri budaya dan kreatif di Kamboja menghasilkan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dimana untuk mendukung hal tersebut diperlukan investasi, penyediaan infrastruktur budaya yang memadai dan tepat serta langkah-langkah yang mendorong konsumsi dan menjamin akses yang lebih luas ke barang dan jasa budaya. MCFA sendiri telah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; Kementerian Pariwisata; Kementerian Perdagangan; Kementerian Perindustrian, Sains, Teknologi, dan Inovasi; Kementerian Ekonomi dan Keuangan; Kementerian Tenaga Kerja dan Pelatihan Kejuruan,  guna mempromosikan dan membina ekonomi kreatif. 

Pandemi Covid-19 mengakibatkan terhambatnya produktivitas dan mengurangi mata pencaharian masyarakat secara global, dan yang paling terkena dampaknya adalah para pekerja budaya dan kreatif. Adanya kebijakan pembatasan sosial dengan skala besar mengakibatkan ditutupnya sejumlah kawasan pariwisata, tempat kerja, bahkan penutupan kota dan negara secara total di seluruh dunia. Akibatnya perlu adanya peningkatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjaga konektivitas dengan dunia luar. Permintaan akan barang serta jasa budaya dan kreatif (musik, pertunjukkan seni, film, dan museum virtual) mendorong percepatan digitalisasi seni dan budaya. Revolusi Industri 4.0 menciptakan berbagai terobosan teknologi yang mendorong industri kreatif ke fase baru yang lebih inovatif dan orisinil. Kamboja sebagai masyarakat ASEAN yang memiliki berbagai budaya yang kaya dan beragam menjadi inspirasi bagi ASEAN itu sendiri untuk mengembangkan ide dan kreativitasnya yang tanpa batas sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa kreatif yang mempunyai nilai komersial dan budaya.

Sebagai negara anggota ASEAN, perlu dilakukannya sebuah upaya yang lebih kolaboratif di antara negara-negara Anggota dan mitra mereka di berbagai bidang seperti sektor pariwisata tentunya mengalami keterpurukan ketika pandemi Covid-19 melanda beberapa tahun terakhir. Untuk memulihkan perekonomiannya yang mulai bertumpu pada pengembangan ekonomi kreatif maka, Kamboja memperkuat mekanisme bilateral dengan Indonesia di bidang pariwisata melalui Memorandum of Understanding on Tourism Cooperation. Kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan terlebih keduanya sama-sama memiliki situs warisan dunia sehingga terjadinya kesepakatan  salah satunya untuk diadakannya kerjasama sister temple  antara Angkor Wat dan Candi Borobudur.  MoU tersebut berfokus pada Kerjasama Promosi dan Pemasaran Pariwisata, Pengelolaan Destinasi Pariwisata, Kerjasama Sektor Swasta, Capacity Building, MICE, serta Kerjasama Event dan Konektivitas. Penandatangan MoU menandai babak baru kerjasama pariwisata kedua negara di tengah upaya ASEAN untuk menghidupkan kembali perekonomian kawasan yang melemah akibat pandemi

Kerjasama bilateral antara Kamboja dan Indonesia menjadi langkah yang tepat bagi kedua negara sebagai negara anggota ASEAN untuk mempromosikan industri kreatif melalui berbagai proyek salah satunya di bidang pariwisata. Selain untuk memulihkan ekonomi nasional dan mempromosikan industri kreatifnya, maka kedua negara perlu memanfaatkan identitasnya untuk membangun citra yang unik dan identitas citra tersebut dapat digunakan untuk menumbuhkan identitas dan kesadaran di kawasan Asia Tenggara. Hal ini dinilai tepat mengingat Kamboja sendiri merupakan negara dengan pembangunan pertumbuhan ekonomi yang paling rendah di kawasan Asia Tenggara. Dengan kondisi perekonomiannya yang demikian, maka Kamboja juga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan dari negara lain. Perekonomian Kamboja masih didominasi oleh sektor pertanian dimana hampir sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Selain itu, Kamboja tidak mempunyai sumber daya alam sekaya negara-negara lainnya. Sedangkan itu, Indonesia mempunyai bargaining position  yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kamboja. Sehingga, Kamboja memperoleh keuntungan dari diadakannya kerjasama bilateral ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun