PART II
Pria di sisi kiri Rangga datang lima belas menit setelah Rangga. Pria itu nampak seusia dengan Rangga. Pakaian hitamnya yg klimis menunjukkan ia berasal dari keluarga yang cukup berada. Seperti Rangga, pria ini juga memilih tidak membaur dengan pelayat yang lain. Hal pertama yang ia lakukan setelah datang kemudian duduk adalah membuka sebagian zipper jaket hitamnya.Â
Tangannya kemudian merogoh saku bagian dalam jaketnya untuk menemukan sebuah buket mini bunga forget me not. Â Buket mini itu kemudian diletakkan di hadapannya. Pria itu menatap buket mini itu sambil bergumam pelan, "Hari ini aku datang, membawakan bunga yang cantik untuk gadis yang cantik".
"Hari ini aku datang, membawakan bunga yang cantik untuk gadis yang cantik"...kalimat itu tiga tahun yang lalu mendesak kuat di hati Gagah. Gagah sudah lupa berapa kali tepatnya ia nyaris mewujudkan kalimat itu di depan Mentari.
Sebagai ketua kelas dengan nilai akademik di puncak peringkat dan sifat perfeksionis sekaligus tanggung jawab yang luar biasa, Gagah cukup terganggu oleh Mentari pada mulanya. Mentari selalu menjadi ketidaksempurnaan dari kegiatan kelas mereka.Â
Setiap kali murid kelas merenanakansuatu kegiatan bersama seperti darmawisata, membuat kaos seragam untuk PORSENI, mengunjungi museum, dan lain-lain, Mentari selalu menjadi satu-satunya yang tidak ikut berpartisipasi.Â
Alasannya selalu saja tidak punya waktu atau tidak punya uang. Gagah dan teman-teman sekelas akhirnya menganggap bahwa Mentari hanya tidak peduli pada orang lain. Mereka juga berpikir bahwa Mentari tidak suka menjadi bagian dari kelas mereka.
Namun naluri perfeksionis Gagah tidak mengijinkan kepemimpinannya sebagai ketua kelas memiliki cela. Gagah mulai memutar otak, mencari akal agar dapat mengubag Mentari.Â
Oleh karena itu ia mulai memperhatikan dan mempelajari semua hal tentang Mentari. Semakin Gagah memperhatikan Mentari, semakin Gagah merasa dugaannya keliru tentang Mentari. Meskipun Mentari tidak begitu disukai di kelas, namun Mentari selalu yang menjadi paling pertama dan paling setia membantu teman-teman kelasnya yang kelupaan atau kehilangan barang di sekolah.Â
Semakin Gagah mempelajari Mentari, semakin Gagah merasa Mentari sungguh menarik. Ketika ia mengetahui betapa keras Mentari bekerja seusai jam sekolah dan betapa ia berusaha tetap fokus di kelas meskipun tubuhnya lelah, Gagah benar-benar terkesima. Ia selalu merasa bahwa ia adalah orang yang paling bertekad dalam hidup dibandingkan teman-teman seusianya. Anggapan itu runtuh dihadapan keseharian Mentari.
Tanpa disadari, hati Gagah mulai menggerakkan dirinya untuk membantu Mentari secara samar. Ia sengaja melebihkan jumlah kaos seragam kelas untuk PORSENI agar Mentari dapat memilikinya secara cuma-cuma. Gagah juga sengaja menyabotase pengacakan tempat duduk di kelas agar dapat duduk di samping Mentari, dengan begitu ia dapat membangunkan Mentari jika tertidur di tengah pelajaran.