Wajahnya yang kala itu senantiasa dalam suasana murung tidak menarik minat siswa lain untuk menjalin pertemanan. Dengan alami Mentari menjadi tersisih di pergaulan.
Lari gawang adalah hal pertama yang kembali menyalakan minat hidupnya. Sejak ia mendaftarkan diri di ekskul lari gawang, ia perlahan dapat memperoleh kembali keceriaannya.Â
Kenangan-kenangan indah saat ayah dan ibunya menyoraki Mentari yang tengah bertanding serta memori menyenangkan dengan teman-teman juga pelatih di tim lari gawang sebelumnya muncul tiap kali Mentari berlatih. Disanalah Rangga mengenal Mentari.
Mentari bukan gadis yang menarik bagi Rangga. Mentari hanyalah gadis yang berlari kencang. Namun entah sejak kapan dan bagaimana Mentari mulai tertarik pada Rangga.Â
Padahal, meskipun sama-sama berlatih di waktu dan lapangan yang sama, mereka berdua jarang berinteraksi karena perbedaan cabang olahraga yang digeluti. Rangga merupakan atlit lari cabang jarak pendek.
Pada semester selanjutnya, Mentari berhenti dari ekskul. Keluarga bibinya mengalami krisis ekonomi. Mentari harus turun tangan untuk menghidupi dirinya sendiri agar tidak menjadi benalu yang numpang hidup saja. Di saat-saat itulah Mentari dengan jelas menunjukkan perasaannya pada Rangga.
Dengan wajah merah dan basah oleh tangis, ia menyerahkan sekaleng minuman isotonik pada Rangga sambil berkata "Mulai hari ini aku harus berhenti dari ekskul. Aku ga bisa lihat kakak lari tiap hari. Aku sedih, tapi aku ga punya pilihan lagi.Â
Ini minuman isotonik yang aku beli dari upah pertamaku. Aku laper..pingin minum minuman isotonik ini...tapi aku sudah bertekad minuman isotonik ini buat kakak". Tanpa menunggu Rangga membalas sepatah katapun, Mentari mengayuh sepedanya meninggakan Rangga dengan sekaleng minuman isotonik di tangan.
Pemberian itu terus berulang. Tiap kali akan pulang, Mentari menyempatkan diri bersepeda satu putaran di belakang Rangga yang tengah berlari. Setelah memberikan sekaleng minuman isotonik, ia melesat pergi. Sampai suatu hari Rangga memintanya berhenti melakukan itu.Â
Mentari berseloroh, "Kalau aku berhenti ngasih minuman isotonik ke kakak, aku jadi nggak punya alasan lagi untuk ketemu kakak". Rangga terkejut dengan keterusterangan Mentari yang sama sekali tidak terduga itu
"Kalau begitu, kakak mau jadi pacarku? Jadi aku tetap punya tujuan untuk ketemu kakak?". Jantung Rangga berdegup kencang sekali seolah-olah sehabis berlatih menempuh 300 meter dalam sedetik.Â