Mohon tunggu...
Nareswari
Nareswari Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Penyintas

'Pada genggaman himada, aku berpegang. Entah bara, entah kuntum bunga. Hakikat keindahan berada di dalamnya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebelum Kau Mengetahui Namaku part I

29 Maret 2020   19:55 Diperbarui: 29 Maret 2020   20:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada tiga orang disini yang memiliki rambut berombak dan  mengikat rambutnya ke belakang" ucap Mira. "Hmm..ia memiliki kebiasaan melirik jam setiap 15 menit sekali dan mendengarkan saluran radio lagu-lagu nostalgia  pada jam makan siang  dengan speaker kecil di sudut sana"

Mira sepertinya masih kebingungan sehingga begitu lama memberi respon.

"Ah, saya tahu. Tapi saya baru disini sehingga belum mengingat namanya dengan baik".

Gia, petugas dapur mendorongku "Move! Move! Move! Mengapa kau berdiri lama sekali disini?" tegurnya. Ternyata suara Gia tidak hanya mengejutkanku, namun juga dirimu.

Pandangan kita yang sama-sama terkejut saling bertemu. Kamu tiba-tiba menunduk. Aku pun mengalihkan pandanganku.

Sejak hari itu aku mulai memperhatikanmu sebagaimana kamu selama ini memperhatikanku. Hariku menjadi sendu ketika waktu jam makan siang pegawai kantor berakhir, namun kelebat sosokmu sama sekali tiada mampir untuk memesan kopi. Hariku menjadi dipenuhi keriangan ketika canda basa-basimu kini terselip setiap kamu memesan kopi. Suaramu ku rekam dengan apik di ingatan, lalu ku putar berulang-ulang kala penghabisan hari sebelum aku terlelap. Kemudian aku terjaga di pagi hari dengan debaran harapan untuk mendengarkan basa basimu yang baru di hari ini.

Kamu hari ini duduk lebih lama daripada biasanya. Cangkirmu nampak kosong, namun kamu tidak juga beranjak. Kakimu terlihat mengetuk pelan lantai dengan gelisah.  Beberapa kali menoleh ke arahku. 'Mengapa kamu tidak seperti biasanya?' batinku.

Ketika pelanggan terakhir beranjak di antrian beranjak pergi dari meja kasir, kamu menghampiriku. "Maaf aku tidak bermaksud lancang, tapi bolehkah aku mengetahui nama dan nomer telponmu?". Seandainya tidak memijak bumi, rasanya saat itu juga aku ingin memekik kegirangan. Aku pun mengangguk riang. "Benarkah? Tapi sayangnya aku lupa membawa ponselku. Bagaimana jika kamu menyimpan nomerku kemudian menghubungiku?". Aku kebingungan dengan permintaanmu yang rumit. Kenapa tidak aku saja yang menuliskan nomerku untukmu?. Mungkin kegugupan membuat jalan pikiranmu menjadi rumit. Aku pun menurut saja.

Sebelum tidur, aku memandangi tulisan tanganmu di secarik memo yang kau tinggalkan. Tulisanmu terlihat begitu indah meskipun hanya 3 huruf dan 12 angka. Tiga huruf dan dua belas angka yang memberitahuku siapa namamu dan nomer telponmu. Ken. Pria yang semanis Caramel Machiato itu bernama Ken. Kini aku memiliki kosa kata baru untuk menyebut perasaan yang meletup-letup dalam dada ini...namanya Ken.

Dengan semangat aku menyimpan nomermu di ponsel lalu beralih ke aplikasi pesan. Aku mengetik, "Hai Ken. Namaku Bunga. Salam kenal". Hatiku akan meledak rasanya ketika menekan tombol kirim. Apakah aku dapat tidur malam ini?

Malam itu aku tidak bisa tidur. Aku menunggu balasanmu. Meskipun status terkirim muncul dibawah pesan yang ku kirimkan, namun tidak jua ada balasanmu hadir di ponselku. Malam-malam selanjutnya pun sulit bagiku untuk tidur.  Tidak hanya sekedar tak kunjung membalas, kamu juga berhenti datang ke kafe. Aku setengah mati mengkhawatirkan kalau-kalau hal buruk terjadi padamu. Rasa-rasanya aku ingin menjelajahi setiap kantor perusahaan untuk mencarimu. Namun aku meragu untuk bertindak sejauh itu, karena nomermu selalu aktif ketika ku telpon. Hanya saja kamu tidak pernah mengangkatnya. Kenapa kamu menghilang tiba-tiba? Ada apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun