Dimulai dari saat ini dan kedepan Indonesia sedang menyongsong fase bonus Demografi, yakni fase dimana jumlah usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih banyak dari usia non-produktif. Â Dalam rentang waktu 2030-2040 Indonesia diprediksi akan mengalami fase tersebut. Â
Di tahun 2050 Indonesia diprediksi akan masuk dalam jajaran negara dengan ekonomi terkuat lima besar di dunia. Gerbang Revolusi Industri 4.0 sedang terbuka dihadapan kita.Â
Berbeda dengan revolusi industri pertama (1688) yang berhasil merevolusi sistim produksi dari kain katun dengan penggunaan mesin-mesin yang digerakkan oleh roda air dan mesin uap, Revolusi Industi 4.0 ini kita dihadapkan dengan internet dan teknologi yang mempengaruhi dunia industri. Ketika kita melihat perusahaan e-Commerce belum lama ini merilis supermarket Amazon Go, dimana pelanggan dapat berbelanja tanpa menggunakan kasir dengan hanya menggunakan smartphone pintar yang terhubung dengan aplikasi, kita bisa berasumsi bahwa akan ada beberapa pekerjaan yang hilang seperti pegawai Kasir.Jika kita melihat pengembangan Self-Driving Car, dalam beberapa tahun lagi mungkin seorang montir mobil akan digantikan dengan teknisi Komputer karena mobil tersebut sudah sebagian besar terkomputerisasi.Â
Namun bila kita melihat kondisi di Indonesia saat ini, kita tidak bisa tutup mata bahwa masih terdapat angka ketimpangan,baik ekonomi maupun dunia pendidikan, tingginya juga angka buta huruf terutama di Indonesia bagian timur. Â
Sistem pendidikan yang selama ini terkesan hanya mengejar hasil belum ada fondasi pendidikan dasar yang kuat, juga masalah rendahnya tingkat literasi yang sedikit banyak juga berpengaruh pada cukup meningkat nya tingkat Intoleransi di Indonesia. Â
Hal tersebut menjadi salah satu hambatan terbesar kita. Tentunya ini menjadi tantangan apakah bonus demografi akan menjadikan kita negara maju sesuai studi yang memprediksi masa depan Indonesia pada rentang waktu diatas 2030 atau justru sebaliknya menjadi bumerang bencana demografi. Â
Pentingnya Pendidikan Dasar Sebagai Fondasi BangsaÂ
Pembangunan karakter seseorang saya pikir akan lebih baik jika dilakukan dan ditanamkan saat anak memasuki usia pendidikan Taman Kanak-Kanak atau pra-Sekolah Dasar. Â Namun ironis nya, ketika kita berkunjung ke beberapa toko buku di Indonesia, tidak jarang kita menemui buku untuk mengikuti tes masuk Taman Kanak-Kanak. Â Sesuatu yang menurut saya sedikit diluar batas kewajaran.Â
Pada masa ini anak-anak seharusnya diajarkan beretika dengan baik, sopan satu terhadap guru, melakukan hal-hal kecil yang berdampak positif seperti membuang sampah pada tempatnya atau merapikan sandal atau sepatu dan merapikan mainan setelah selesai bermain pada tempatnya semula.Â
Pada kenyataan nya banyak dari Sekolah Taman Kanak-Kanak yang sudah mengajarkan membaca dan menulis, yang dari pandangan saya berlebihan karena pendidikan anak usia dini tidak untuk itu. Akan tetapi terkadang guru-guru di Pendidikan Usia Dini tersebut terjepit oleh tuntutan orang tua murid yang menurut analisa saya banyak dari orang tua murid menuntut anak-anak dapat membaca dan menulis sebagai syarat masuk ujian Sekolah Dasar.