Mohon tunggu...
Narendra Ning Ampeldenta
Narendra Ning Ampeldenta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis tentang isu Politik, Sosial, dan hal-hal menarik lainnya.

Penulis Paruh Waktu, Pembelajar Sepanjang Waktu. Bangga Menjadi Anak Indonesia. Teknik Interdisiplin Hochschule RheinMain, Jerman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaget Demokrasi dan Timbulnya Generasi Apatis

19 Mei 2018   04:18 Diperbarui: 13 Juni 2018   01:23 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ahvalnews.com/tr/demokrasi/kapida-bekletilen-demokrasi


Didepan gang rumah teman saya, ditemani sejuknya malam hari di kota Mainz, kami berlima sejenak melepas kerinduan, karena salah satu teman baik kami sedang berkunjung jauh dari Berlin.

Kami berlima menghabiskan masa sekolah penyetaraan kami dulu (Studienkolleg) ditempat yang sama di Kota Koethen, sebuah kota kecil ditimur Jerman.  Malam itu rasanya seperti saat masa SMA dulu di Indonesia, bincang-tawa malam hari bersama teman-teman ditemani Kopi dan seringkali juga dengan bermain catur di warung yang biasa dijadikan tempat "nongkrong".   Sayangnya, sampai saat ini saya tidak menemukan tempat seperti itu disini dan bahkan.. mungkin tidak ada. 

"Kalo liat kondisi di Indonesia sekarang, gue gamau ke terjun ke Politik.  Lo liat aja sekarang betapa kotor nya politik di Indonesia, si Ahok tuh sampai masuk penjara.  Apalagi sekarang kayaknya hal apapun pasti ditarik lagi ke politik" keluh salah satu teman saya ditengah perbincangan. 

Bahkan yang lebih ekstrim lagi, salah satu teman saya menimpali , "Kalo salah satu temen gue terjun ke politik, gue doain biar dia kalah dan dijauhin dari dunia kotor itu, kasian gue liat temen gue nanti kedepan gimana" 

Tidak hanya satu atau dua saja dari teman-teman saya yang berkata demikian, sepertinya, banyak sekali teman-teman saya disini yang berpendapat kurang lebih demikian.  Saya pun teringat oleh satu teman baik saya yang kebetulan berdarah Tionghoa, "Gue bahkan udah diwanti-wanti sama ortu (Orang Tua) gue ke, jangan sekali-sekali terjun ke politik, apalagi Tionghoa kayak gue, udah ga ada kayaknya tempat buat kita disana, gue dagang aja lah buka usaha kalo gede nanti". 

Miris hati rasanya mendengar itu, apalagi, kita semua sama-sama anak bangsa, yang juga sama-sama memiliki hak untuk berpartisipasi dalam membangun bangsa.  Harus kita akui bagaimana kotornya politik di Indonesia.  Saking kotornya, bahkan ada beberapa orang yang mengatakan bahwa peristiwa Bom di Surabaya yang baru-baru ini terjadi pun hanyalah pengalihan isu politik.  Saya tak habis pikir bagaimana politik bisa menutup hati nurani. 

Ditengah era keterbukaan Informasi, Indonesia seakan kaget berdemokrasi.  Demokrasi yang seharusnya menjadi sebuah milestone untuk menentukan arah perubahan bangsa, dewasa ini malah seakan menjadi pemecah belah.  Banyak berita Hoax yang bertebaran yang mirisnya, banyak juga yang percaya tanpa ditelaah lagi lebih dahulu kebenarannya.  Sejenak saya merenung, mengapa banyak orang hebat Indonesia yang berada diluar negeri enggan pulang untuk ikut membangun negeri. 

Mungkin salah satu faktor nya adalah ketidak-stabilan politik di Indonesia yang membuat mereka befikir dua kali untuk kembali. Apakah akan dihargai nanti karya nya? Jika dipanggil pulang saat pemerintahan A berlangsung, apakah saat pemerintahan B yang baru nanti tetap akan didukung segala jerih-payahnya?  Saya percaya bahwa masa depan suatu bangsa ditentukan oleh anak muda nya. Jika banyak anak muda yang mulai menjadi apatis karena kondisi perpolitikan saat ini, bagaimana masa depan Indonesia kedepan?  Siapa yang akan berpartisipasi dalam menggerakan roda pemerintahan kedepan?  

Bagaimana dengan saya?  Saya percaya bahwa Tuhan tidak akan memberi hal yang diluar batas kemampuan Hamba-Nya, yang tertulis di Surat Al-Baqarah ayat 286.  Saya percaya juga bahwa Tuhan tidak akan memberikan suatu amanah jika diluar batas kemampuan dan kompetensi kita.  Tentunya sebagai anak bangsa jika diberi amanah, saya mau tidak mau harus siap.  Tapi harus dipahami dulu, jika seseorang terjun kedunia Politik untuk mencari kekayaan, tidak ada bedanya dengan para tikus berdasi yang lain. 

Jika ditanya apakah saya akan terjun dalam dunia itu, saya katakan tidak.  Tetapi namanya takdir siapa tau.  Yang terpenting, kita berusaha melakukan yang terbaik saja dengan apa yang sedang kita hadapi, berbuat baik terhadap sesama, dan peduli terhadap lingkungan.  Seperti yang bapak saya selalu sampaikan "Kalau kita baik sama yang di bumi ke, alam juga pasti melindungi",  dan seperti apa yang beliau juga selalu pesankan ke saya "Berharap yang terbaik, dan bersiap yang terburuk".

-Ruesselsheim am Main, 18 Mei 2018-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun