Di suatu pagi yang cerah, seorang pemuda bernama Arka berdiri di tepian jurang, memandang hamparan alam yang begitu luas di hadapannya. Matahari mulai muncul dari balik gunung-gunung yang menjulang tinggi, menyinari bumi dengan cahaya lembut yang menyapu tanah dan pepohonan. Angin berhembus pelan, membawa harum tanah basah dan dedaunan yang segar. Suara aliran sungai yang mengalir di bawah jurang terdengar seperti nyanyian alam yang tak pernah berhenti.
Arka bukanlah orang yang mudah terkesan dengan keindahan alam. Sejak kecil, ia terbiasa hidup dalam hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur. Namun, perjalanan panjang yang membawanya ke tempat ini telah membuka matanya akan sesuatu yang lebih besar dari kehidupan manusia itu sendiri.
Berdiri di sana, Arka merasa bahwa ia hanyalah bagian kecil dari kekuatan alam yang begitu dahsyat. Ia teringat pada badai besar yang pernah melanda kampungnya beberapa tahun lalu. Angin kencang yang menghancurkan segala yang ada di depannya, hujan deras yang tak pernah berhenti, dan petir yang menyambar seperti bentakan guntur dari langit. Alam, dalam kemarahan dan kebesarannya, mampu mengubah segalanya dalam sekejap mata.
Namun, bukan hanya kemarahan alam yang menarik perhatian Arka. Alam juga memiliki sisi yang penuh keajaiban. Seperti saat ia pertama kali melihat matahari terbenam di atas danau yang tenang, atau saat embun pagi menari di atas daun-daun, memberi kesan bahwa dunia ini penuh dengan keindahan yang tak terungkapkan oleh kata-kata.
Seiring berjalannya waktu, Arka mulai memahami bahwa kekuatan alam tidak hanya terlihat dalam badai atau gunung yang menggetarkan. Alam juga mengajarkan tentang kesabaran dan ketenangan, tentang bagaimana pohon-pohon besar bisa tetap berdiri tegak meski diterpa angin kencang atau hujan lebat. Alam mengajarkan bahwa segala sesuatu ada waktunya---seperti musim yang berganti atau bunga yang mekar setelah musim dingin yang panjang.
Ketika Arka menatap langit yang luas, ia menyadari bahwa ia bukanlah pemilik dari dunia ini. Ia hanyalah seorang pengembara yang sementara berada di bawah naungan kekuatan alam yang tak terhingga. Di bawah langit yang tak terbatas, Arka merasa sangat kecil, namun juga sangat terhubung dengan segala sesuatu yang ada di bumi.
Alam, dalam segala kebesaran dan kelembutannya, telah mengajarkan Arka lebih banyak tentang hidup daripada yang bisa dipelajari di antara keramaian kota. Ia pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, tetapi dengan hati yang lebih lapang, lebih penuh rasa hormat terhadap kekuatan alam yang mengelilinginya. Sebab, dalam setiap angin yang berhembus, dalam setiap hujan yang turun, ia tahu bahwa alam selalu punya cara untuk mengajarkan manusia tentang kehidupan yang sejati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI