YOGYAKARTA - Jogja tidak hanya terkenal sebagai Kota Gudeg. Lebih jauh dari itu, kota ini menyimpan beraneka ragam kuliner yang siap memanjakan lidah. Mulai dari kuliner tempo dulu yang tak lekang oleh waktu sampai kuliner masa kini yang kian eksis keberadaannya. Namun, di balik itu semua masih ada kuliner tempo dulu yang sangat melegenda dan tak kehilangan penikmatnya. Tak usah khawatir, makanan ini dapat ditemui ketika fajar menyingsing hingga matahari tenggelam.
Untungnya, saya memiliki kesempatan untuk merasakan berbagai makanan legendaris di Jogja, pada Minggu (03/11).
Berikut adalah berbagai macam makanan legendaris di Jogja yang siap menemanimu seharian.
"People who love to eat are always the best people" - Julia Child
Sarapan Jenang Pasar Beringharjo Darmini
Berjualan sejak tahun 1998, Darmini tetap menunjukkan semangat usahanya yang membara. Singgah sebentar di lapaknya sambil menyantap beraneka ragam jenang yang manis dan gurih dapat membuat mood untuk mengawali pagimu menjadi lebih baik.
Jenang Darmini terletak di pintu selatan Pasar Bringharjo. Jenang ini sangat mudah ditemukan, karena berada persis di pintu masuk B4 sebelah kiri.
Cukup menyediakan Rp9.000 kamu dapat merasakan bubur sumsum, bubur mutiara, jenang wajik dan jenang biji salak ubi nangka kelapa muda. Tersedia pilihan untuk mencampuri semuanya menjadi satu atau hanya memilih dua varian, semua tergantung pembeli.
Darmini mengungkapkan bahwa, jenang ini dulunya dihargai Rp500. "Tentunya dulu harga segitu tinggi," kenang Darmini. Jenang mulai dimasak, setelah pulang salat subuh dan dijual di Pasar Beringharjo mulai pukul 07.00
Pembeli Jenang Darmini tak hanya dari kaum orang tua saja, terbukti bahwa anak muda juga menyukai Jenang Darmini. Sama seperti, Theressa Puspa (20) asal Balikpapan, mengatakan bahwa bubur sumsumnya saat dimakan tidak menggumpal dan jenang mutiaranya pun lembut. "Ini manis, aku kan gak suka manis, mungkin karena lidahku ngak terbiasa manis," tutur Theressa.
2. Mie Ayam Tumini
Mie Ayam Tumini sudah ada sejak tahun 1990. Mie ayam ini terletak di Jalan Imogiri Timur, tepatnya di sebelah utara Pintu Masuk Terminal Giwangan. Kedai mie ayam ini boleh saja terlihat sederhana, tapi pembelinya sangat banyak bahkan rela mengantri demi mencicipi semangkuk kelezatan mie ayam. Menurut penuturan salah satu pegawai Mie Ayam Tumini, Joko (36),"Mie Ayam mulai buka pukul 10.00-17.00".
Tekstur mie ayam yang lembut membuat lidah tidak berhenti untuk bergoyang. Porsinya juga tidak sedikit, pembeli dapat memilih porsi besar atau biasa. Tidak ada salahnya untuk memasukkan Mie Ayam Tumini ke daftar makan siangmu, karena pembeli dijamin puas dan tidak akan rugi untuk mampir sejenak makan di sini. Cukup dengan Rp14.000 kamu bisa merasakan Mie Ayam Tumini.
Ternyata, Mie Ayam tumini pernah masuk nominasi Top 100 Kuliner Yogyakarta tahun 2015.
Ukuran mie di kedai ini cukup besar dan terasa kenyal saat dikunyah.
Selain itu, kuahnya lebih kental dengan warna kecokelatan yang menggugah selera. Kuah ini berasal dari proses memasak ayam.
Mie Ayam Tumini sangat cocok disantap bersama ceker ayam yang empuk.
Muhammad Saputra (20) asal Jayapura, mengatakan bahwa ini pertama kalinya mencicipi Mie Ayam Tumini, setelah banyak influencer makanan yang membagikannya pada media sosial mereka. "Menurut aku, cekernya enak, lembut. Tapi, aku kurang suka sama kuah mie ayamnya yang terlalu kental," ungkap Saputra.
3. Es Buah Segar Sejak 1978 : Es Buah PK
Menjelang Sore sambil menikmati langit Jogja paling nikmat ditemani dengan sesuatu yang segar. Kamu dapat mencicipi Es Buah PK milik Hadi Suprapto (62) yang sudah buka sejak tahun 1978.
Es buah ini terletak di Jl. Pakuningratan dan menjadi salah satu es buah legendaris yang ada di Jogja. Jangan takut kehabisan ya, karena Es Buah PK buka dari pagi sampai malam. "Mulai buka dari pukul 10.00-18.00," tutur Hadi.
Untuk menikmati Es buah PK, kamu perlu mengeluarkan duit sebesar Rp8.000. Murah bukan?
Ada berbagai macam buah yang terdapat dalam semangkuk Es Buah PK, mulai dari nangka, nenas, kelapa muda, cincau dan sawo. Semuanya tercampur dengan sempurna.
Menurut Ellie Widyawati (18) asal Magelang, mengatakan bahwa ini pertama kalinya mencicipi Es Buah PK. "Rasanya sih lumayan ya dan harganya juga worth it," ungkap Ellie.
4. Sate Klatak Tiga Generasi : Sate Klatak Bari
Siapa yang sudah menonton Film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2)? Tentunya, tak asing dengan sate klatak yang satu ini ya. Sate Klatak Bari yang terletak di Pasar Wonokromo ini sudah buka sejak sebelum Indonesia merdeka tahun 1945, apalagi setelah kemunculannya di AADC 2, tempat makan yang satu ini menjadi lebih ramai dari biasanya. Namun, rasanya memang enak, gurih, empuk dan tidak bau amis.
Sate Klatak Bari merupakan resep keluarga, sehingga cita rasanya masih otentik sama seperti zaman dulu. Seperti yang diungkapkan Sabari (42),“Aku generasi ketiga, dulu kakekku dulu sebelum merdeka sebelum tahun 45, terus ayahku tahun 70, trus aku tahun 92 ganti ayah”.
Sate Klatak merupakan sate kambing muda yang berusia 8 sampai 9 bulan yang dibumbui dengan garam.
Uniknya, sate klatak ini tidak menggunakan tusuk sate yang terbuat dari bambu, melainkan dengan menggunakan besi. Hal ini tentunya ramah lingkungan, karena tidak turut berperan untuk membuang limbah sekali pakai.
Sate klatak ini bukanya setelah maghrib, mulai dari pukul 18.30—01.00. Jadi sangat cocok untuk dijadikan pilihan makan malam.
Hanya dengan Rp25.000 kamu sudah dapat merasakan satu porsi yang berisi dua tusuk sate kambing muda, kuah gulai, sepiring nasi dan minum.
Jangan kaget kalau kamu harus menunggu untuk dapat merasakan satu porsi sate klatak, karena antriannya cukup banyak. Pembelinya tidak hanya berasal dari Jogja saja, tetapi dari luar kota rela antri demi merasakan nikmatnya sate klatak. Maka tak heran, butuh 100 kilogram daging kambing untuk dimasak setiap harinya. “Setiap hari itu bisa 100kg,” tutur Sabari.
Salah satu pembelinya berasal dari Kota Rembang, Dennis Alvia (26) mengungkapkan bahwa ini pertama kalinya dapat merasakan sate klatak, karena dulu saat Ia pergi sedang tutup. “Dulu pernah ke sini cuman belum buka, baru kesampean hari ini,” tuturnya. Tidak hanya itu saja, Ia sudah pernah mencicipi sate klatak lainnya dan merasa bahwa Sate Klatak Pak Bari lebih enak cita rasanya, “Kalau yang ini mungkin lebih terasa ya, dari masakannya yang buat terasa kayak nyampur lah ibaratnya”.
Wah, bagaimana Ngiler nggak?
Sudah enak, murah lagi.
Itu dia 4 makanan legendaris di Jogja yang masih bertahan sampai sekarang dan dapat kamu cicipi kalau kamu lagi ada di Jogja atau berencana untuk mengunjungi Jogja.
Semua makanan itu dapat menemanimu seharian loh...
Mulai dari pagi, siang, sore bahkan sampai malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H