Di tengah kerusakan jalan yang kian parah, warga Cibitung terus berjuang untuk mendapatkan infrastruktur yang layak. Mereka sudah bosan dengan janji-janji kosong yang tak kunjung direalisasikan. Namun, di balik segala upaya dan pengorbanan mereka, satu hal yang paling mencolok adalah ketidakhadiran sang Bupati. Saat warga meratap dalam debu dan lumpur, pemimpin yang seharusnya ada di garis depan justru hilang dari pandangan. Bupati yang diharapkan membawa perubahan malah seolah berpaling dari derita rakyatnya, meninggalkan mereka dalam nestapa yang seolah tiada akhir. Sampai kapan warga Cibitung harus berjuang sendirian?
Warga Cibitung terus berjuang dengan gigih demi mendapatkan infrastruktur jalan yang layak, namun hingga kini, perjuangan mereka seolah berteriak di ruang hampa. Setiap hari, mereka harus menghadapi jalan-jalan rusak yang membahayakan keselamatan dan menghambat perekonomian. Ironisnya, di tengah jeritan dan tuntutan yang tak pernah surut, Bupati Pandeglang justru absen dari perjuangan ini. Ketidakhadiran pemimpin dalam masalah yang begitu mendesak ini bukan hanya mencerminkan lemahnya tanggung jawab, tetapi juga memperlihatkan betapa jauhnya jarak antara rakyat dan mereka yang seharusnya melayani. Sampai kapan warga Cibitung harus terus berjuang sendirian tanpa dukungan dari pemimpinnya sendiri?
Bupati justru absen dari panggung perjuangan ini. Ketidakhadiran pemimpin di saat rakyatnya butuh hanya menambah luka yang semakin dalam. Warga Cibitung pun bertanya-tanya, di mana kehadiran pemimpin mereka saat kebutuhan paling mendasar saja diabaikan? Apakah suara mereka hanya akan terus tenggelam dalam kebisuan yang menyakitkan?
*Tulisan kiriman dari masyarakat cibitung (Pandeglang Selatan)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI