Kemarin, saya pergi ke Jawa Timur, tepatnya Kabupaten Tulungagung lewat jalur selatan. Biasanya, saya lewat jalur utara melalui Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan masuk ke pintu tol Bawen, terus meluncur ke arah timur dan nanti keluar di daerah Nganjuk.
Lewat tol lebih diarahkan oleh Google Map karena lebih cepat satu jam. Tapi rutenya memutar, sehingga bensin lebih banyak dan tarif tol sekarang sudah mundak. Jadi biayanya membengkak. Karena saya tidak dikejar waktu maka saya putuskan lewat jalur selatan yang rutenya lebih pendek dan bebas biaya tol. Minusnya waktu tempuh lebih lama. Kira-kira selisih satu jam.
Ketika perjalanan memasuki daerah Jogja, saya memilih lewat astana Imogiri, komplek pemakaman raja-raja Jawa terus naik menembus hutan yang agak gersang. Perjalanan menembus hutan sangat menawan. Jalan yang mulus dan berkelok kelok membuat saya tidak bisa tidur sepanjang perjalanan. Padahal perjalanan sangat melelahkan tapi karena keindahan alam membuat mata tidak bisa dipejamkan.
Ketika masih di ketinggian, saya melewati perkampungan yang rumahnya jarang-jarang, saya melihat bakul sawo di pinggir jalan. Sawonya kelihatan besar-besar tidak seperti yang biasa saya lihat di pasar. Setelah mobil menepi, saya segera turun dan menghampiri ibu penjual yang sudah cukup tua. Beliau ditemani suami dan anaknya yang duduk di belakangnya.
"Berapa sekilo bu." Tanya saya. "Lima belas ribu." Jawabnya.
Pak sopir yang ikut turun mencoba menawar, "Dua belas ribu ya?" Katanya.
Saya bilang sambil berbisik, "Jangan ditawar, kasian. Ini di kampung terpencil jauh dari mana-mana."
Saya mengiyakan dengan harga lima belas dan minta dicarikan yang matang dua kilo dan setengah matang tiga kilo. Dua kilo mau saya makan di jalan sedangkan yang tiga kilo buat oleh-oleh di tempat tujuan.
Sebelum ditimbang, si bapak menyobek sawo yang sudah matang dan mempersilahkan saya untuk mencobanya. Manis sekali rasanya dan empuk dalamnya. Selain buahnya yang besar-besar ternyata manisnya juga ngak ketulungan.