[caption id="" align="aligncenter" width="449" caption="http://marcellapurnama.com/"][/caption] "No one can landed the plane like I did," demikian pembelaan diri Whip Whitaker (Denzel Washington) ketika diperhadapkan dengan permintaan tanggung jawab atas kecelakaan pesawat South Jet 227 menuju Atlanta. Whip memang seorang pilot yang sangat handal. Ketika pesawat itu mengalami kegagalan sistem penerbangan akibat dihantam badai, Whip memperlihatkan kepiawaiannya dengan komando-komandonya yang brilian kepada co-pilot dan salah seorang pramugari seniornya sehingga pesawat meluncur turun dengan posisi terbalik - posisi yang mengurangi tarikan gravitasi terhadap pesawat tersebut. Ada korban jiwa memang. Tetapi, bahkan dalam reka ulang kejadian yang dilakukan oleh NTSB dengan meminta 10 orang pilot melakukan uji coba dalam kondisi serupa, tak satu pun yang dapat mendaratkan pesawat tersebut dengan begitu hebat sebagaimana yang dilakukan Whip. Whip benar, ia mampu melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh para pilot lain pada umumnya dalam kondisi demikian! Ternyata, kehebatan Whip hanyalah satu sisi mata uang yang sedang ia tonjolkan sebagai justifikasi diri. Faktanya, malam sebelum ia menerbangkan pesawat itu, ia bersenang-senang bersama salah seorang pramugari yang disertai dengan mabuk-mabukan dan menghirup kokain. Bahkan, ketika pesawat mulai tinggal landas, Whip meminta seorang pramugari mencampurkan vodka ke orange jus-nya dan ketiduran sementara pesawat diambil alih oleh co-pilot. Ia tertidur hingga tiba-tiba pesawat itu sudah dihantam badai. Whip adalah seorang alkoholik! Sisi kelam Whip yang sudah sangat pasti akan mengantarnya ke dalam penjara itu pun mulai direkayasa. Teman dekatnya bersama salah seorang pengacara handal pun terlibat dalam upaya "penyucian" (bukan pencucian) sisi kelam itu. Upaya yang hampir pasti berhasil. Mereka begitu rapi berupaya sehingga hanya tinggal sebuah bukti kecil yang hanya perlu disangkali oleh Whip kemudian ia akan pulang sebagai pahlawan. Tentu saja ia akan dianggap pahlawan. Karena bahkan sidang investigasi itu pun diawali dengan cuplikan kepiawaian Whip dalam mendaratkan South Jet 227 ketika pesawat tersebut sudah hampir mendarat tanpa menyisakan satu nyawa pun. Tak ada keraguan untuk hal ini sama sekali. Para investigator pun sepakat, ia memang pilot yang sangat hebat! Penonton diarahkan sedemikian rupa sehingga mulai sangat percaya bahwa sisi kelam Whip tidak akan terungkap. Dan bahwa Whip akan menerima penghargaan untuk aksi heroiknya. Ketika tiba pada pertanyaan mengenai bukti kecil itu, dua botol vodka yang tergeletak kosong di atas pesawat itu, harapan terbalik itu pun muncul tanpa terduga. Ia hanya perlu menimpakan tuduhan kepada salah seorang pramugari yang tewas dalam kecelakaan itu, kemudian ia tidak akan lagi menerima tuduhan apa pun. Dan sekali lagi, untuk itu ia akan menerima penghargaan! Ketika ditanyai apakah menurut opini pribadinya, isi dua botol vodka itu dihabiskan oleh pramugari naas itu? Whip mulai terlihat gelisah. Ia sedang berjuang melawan dirinya sendiri. Ketika untuk kesekian kalinya pertanyaan itu diulang, Whip pun berguman lirih, "May God help me!" Dan beberapa detik kemudian, dengan sangat tegas disertai linangan air mata, Whip mengakui semuanya. Bukan hanya dua botol vodka, malahan tiga botol vodka ia habiskan saat mengemudi pesawat itu. Ia juga dengan lantang menyatakan di hadapan semua orang, "I am an alcoholic!" Alih-alih menerima penghargaan akibat aksi heroiknya, Whip malah menerima sanksi selama 5 tahun penjara. "And it is fair enough," tukas Whip saat menjalani hukuman itu. Sebenarnya Whip tidak kehilangan penghargaan. Benar bahwa Whip tidak menerima penghargaan atas aksi heroiknya. Tetapi film ini mengajak para penonton untuk memberikan penghargaan dari sisi yang lain kepada Whip. Penghargaan yang jauh lebih otentik. Penghargaan atas keberanian mengakui kesalahan meski untuk itu ia harus membuka sisi kelamnya di hadapan banyak orang. Penghargaan atas satu dari hanya sedikit orang yang memilih memutuskan rantai kebohongan demi menyembunyikan sisi-sisi gelap dari hidupnya dan menonjolkan sisi-sisi hebat mereka saja. Penghargaan atas keputusannya memilih tidak menerima penghargaan yang ia tahu persis tidak layak ia terima. Penghargaan atas kemenangan Whip menaklukkan dirinya sendiri. Sebab sesungguhnya musuh terbesar dari diri kita adalah diri kita sendiri, bukan? Hidup ini menyodorkan banyak pilihan. Kita berhadapan dengan pilihan-pilihan itu setiap saat. Dan kita tidak dapat memilih untuk tidak memilih. Lalu, setelah kita membuat pilihan, kita mungkin akan diidentifikasi berdasarkan pilihan-pilihan kita dalam hidup ini. Tetapi, sebenarnya bukan pilihan itu yang menentukan "siapa" kita. "Siapa" kita-lah yang sesungguhnya menentukan pilihan apa yang kita tempuh. Pilihan-pilihan itu hanya mengkonfirmasi saja siapa sebenarnya kita. Tidak heran, pertanyaan sekaligus dialog paling terakhir dari film ini, adalah: "Who are you?" Dan ini pertanyaan bagus untuk kita tanyakan kepada diri kita sendiri, saya kira!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H