Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sebuah SMS yang Menempelak Saya

7 April 2014   14:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak pernah membiasakan diri menunda membalas atau menanggapi sms dari siapa pun, kecuali kalau saya benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk itu. Karena saya mengetahui, sebagaimana saya berharap orang sedapat mungkin cepat memberikan respons ketika saya menghubungi mereka, demikian pula mereka yang menghubungi saya.

Mungkin bagi sebagian kita, isu di atas kecil dan seharusnya memang dianggap non-isu untuk dibahas. Saya tidak ingin menggiring Anda untuk tiba pada kesimpulan tertentu, sebelum Anda menyelesaikan membaca sebuah kisah kecil di bawah ini.

Setelah berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya, empat hari terakhir ini saya terpaksa harus beristirahat lebih banyak di tempat tidur. Dalam kondisi itu, saya mendapat beberapa sms dari para mahasiswa yang ingin berkonsultasi mengenai karya ilmiah tahap akhir mereka. Tadinya saya berpikir untuk tidak mengutak-atik gadget jadul saya hingga benar-benar sehat. Tak di sangka, ada sebuah sms yang masuk yang kira-kira isinya demikian:

"Pak, kalau saya ada kesalahan, tolong maafkan saya. Tapi saya sangat berharap mendapatkan tanggapan secepatnya soal tesis saya."


Jujur saja, sms itu terasa menempelak saya. Seketika itu juga saya bangun dan menghubungi mahasiswa yang bersangkutan. Saya meminta maaf karena telah menunda membalas smsnya hingga ia berpikir bahwa ada sesuatu yang "salah".

Tadinya saya berpikir bahwa saya memiliki alasan untuk melakukan penundaan itu. Tetapi penundaan itu sendiri ternyata membuat orang lain merasa "bersalah" karenanya. Saya tidak dapat membenarkan diri saya atas penundaan itu sekalipun saya dapat memberikan alasan berkait kondisi kesehatan saya. Sebenarnya bukan saya tak mampu membalas sms itu. Saya hanya ingin menunda menanggapinya. Dan ternyata, penundaan itu membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Setelah mengakhiri percakapan dengan mahasiswa tersebut, saya kembali mengingatkan diri untuk hal "kecil" ini. Ya! Sebuah ide a fortiori segera terpajang besar dalam benak saya: "Jangan pernah sepelekan hal-hal kecil. Sebab, seringkali dampak dari hal-hal kecil yang diabaik justru lebih besar dari yang kita bayangkan."

Selamat pagi; Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun