Membaca artikel Pepih Nugraha (PN) berjudul: Tiga Muslim Tewas Ditembak, Media Barat: "Itu Bukan Berita", saya menyimpulkan bahwa artikel tidak fair dalam mempresentasikan fakta analogisnya, yaitu kasus Charlie Hebdo dan Chapel Hill.
PN mengawali artikelnya dengan mengangkat isu pembunuhan brutal di Charlie Hebdo beberapa waktu lalu. Tidak ada perbantahan sama sekali bahwa pembunuhan tersebut dilakukan atas motif agama. Ada pihak-pihak tertentu yang merasa memiliki tiket untuk membunuh siapa saja setiap kali agamanya disinggung. Dan ini bukan kejadian satu-satunya!
Lalu, PN berbicara mengenai kasus pembunuhan yang terjadi di Chapter Hill yang menewaskan tiga orang Muslim. Tersangkanya adalah Craig Stephen Hicks (46). Namun menurut PN, pemberitaannya di Media Barat tidak seheboh seperti kasus Charlie Hebdo. Bahkan tak ada satu pun pemimpin dunia yang mengangkat suara untuk kasus pembunuhan di Chapel Hill.
Maka PN "mencium" adanya standar ganda di sini dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan retoris yang cadas: "...apakah media Barat itu sudah benar-benar menjalankan misinya sebagai penjaga demokrasi atau cuma sekadar kamuflase belaka? Apakah pers Barat masih memiliki “nose for news” untuk sebuah peristiwa yang seharusnya dilihat sebagai “peristiwa netral” semacam korban pembunuhan ini? Atau penciuman atas berita mereka memang berbeda kalau urusannya dengan dunia Muslim?"
Setelah membaca tulisan PN, saya mencoba browsing mengenai kasus di atas. Dan saya menemukan hal yang menurut saya sangat penting namun terabaikan dalam tulisan PN. Menurut Newsweek.com,
Officers have so far declined to state a motive for the crime, but several American Muslim groups on Wednesday raised concerns that the shooter may have targeted the victims because they were Muslim.
Lalu, ditegaskan juga dalam msnbc.com, bahwa:
While FBI and police investigations point to the parking dispute — and not race or religion — as the motivation for the shooting, Abu-Salha on Wednesday morning said he believed otherwise.
Yang menarik dari kedua sumber di atas adalah adanya penegasan dari pihak kepolisian dan FBI bahwa pembunuhan tersebut tidak bermotif agama atau ras. Justru yang ngotot bahwa pembunuhan itu bermotif agama adalah sekelompok Muslims yang ada di sana.
Jika menggunakan prinsip charity, seharusnya jelas bahwa kejadian di Chapel Hill tidak bermotif agama. Dan jika begitu, maka bisa dipahami mengapa ini bukan isu heboh yang menarik perhatian dunia termasuk mendorong para pemimpin dunia mengangkat suara.
Saya tidak dalam posisi untuk berargumentasi bahwa pembunuhan tersebut pasti tidak bermotif agama. Argumen saya adalah kasus pembunuhan di Chapter Hill tidak analogis dengan kasus di Charlie Hebdo. Tidak analogis karena titik hubung analogis yaitu pembunuhan bermotif agama jelas dalam kasus Charlie Hebdo, sementara tidak jelas dalam kasus Chapel Hill.
Memparalelkan kedua kasus di atas tidak logis karena tidak analogis. Tidak jelas dasarnya di mana untuk "menggebuk" pers Barat di artikel tersebut. Bahkan, saya melihat di kolom komentar, mulai bermunculan komentar-komentar SARA yang saya kira mesti segera ditangani oleh Admins.
Saya kecewa membaca artikel tersebut dari seseorang yang sangat saya hargai, Pepih Nugraha. Maaf untuk kejujuran ini.
Akhirnya, turut berduka atas tiga orang yang dibunuh di Chapel Hill.