Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana, Surga yang Nyaman bagi Para Koruptor

12 Januari 2015   15:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:19 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Cukup lama saya memikirkan ide tulisan ini. Sebuah hasrat satiris telah berlabuh di hati dan benak saya. Saya berpikir, "Mungkinkah Kompasiana dapat 'disusupi' oleh para koruptor?" Aha....sebuah pertanyaan yang terkesan "main-main", namun bisa jadi serius untuk ditelisik. Maka saya pun terstimulan menuliskannya mungkin sekadar sebagai alarm bahwa ada penyusup, tetapi bukan alarm itu yang bertugas meringkusnya, melainkan pihak lain.

Bagaimana mungkin? Kenapa tidak mungkin? Orang bisa membuat akun di Kompasiana tanpa harus verifikasi akun, kan? Saya adalah contohnya. Mungkin saja saya adalah seorang koruptor yang menyusup ke Kompasiana.

Apa yang akan saya dapat? Penerimaan (acceptance). Tepatnya, penerimaan fiktif atau penerimaan mitos. Apa maksudnya? Ya, penerimaan fiktif karena untuk mendapatkan penerimaan, saya harus, misalnya, berkiprah ramah, menyenangkan, humoris, dan sejenisnya. Ringkasnya, kiprah saya harus menarik perhatian banyak orang untuk menyenangi saya. Maka saya mendapatkan apa yang saya cari: penerimaan. Tetapi penerimaan fiktif, karena saya mempresentasikan sisi yang bukan diri saya.

Ada lagi yang lain? Hmmm..mungkin pengisi waktu. Saya ada di penjara. Anda pikir apa yang bisa saya lakukan ketika ada di penjara? Mungkin sekali waktu saya bisa "nakal" (itu keahlian saya, remember?) dengan menyogok pihak terkait untuk jalan-jalan ke Singapore atau Australia atau ke negara mana pun. Saya juga bisa meluapkan birahi dengan menyewa "perempuan nakal" untuk datang ke Penjara atau keluar sebentar untuk "jajan" (rahasia umum). Tetapi itu tidak bisa rutin karena saya juga harus menjaga agar semua itu tidak tercium ke publik. Saya menjadi bagian yang menyakitkan dari himpitan kekosongan (emptiness) dan kesepian (loneliness). Saya terkutuk di antara cacian serta kebencian masyarakat, di satu sisi, dan kebutuhan dasar untuk bersosialisasi, di sisi lain. Tetapi kebutuhan ini tak mungkin terpenuhi. Mendengar nama saya apalagi melihat wajah saya pun, seantero Negeri ini hampir saja jadi beringas seketika.

Bukan hanya soal saya mendapatkan penerimaan fiktif. Anda pun berinteraksi dan mempercayai sebuah mitos. Ya, mitos tentang saya yang sebenarnya (the real me). Saya menciptakan mitos dan Anda dengan sukarela mempercayainya bahkan lancar jaya hadir menyoraki saya. Betapa menyenangkannya menjadi koruptor, bukan?

Tunggu dulu. Itu soal akun-akun yang tidak terverifikasi. Bagaimana dengan yang telah terverifikasi, tidak mungkin dong, kan ketahuan KTP nya. Sekilas, tidak mungkin!?

Tapi, sekali lagi, coba pikirkan. Saya punya uang banyak. Apa yang tidak bisa saya beli dengan uang, pikir saya? Seberapa sulitnya saya mendapatkan KTP untuk memverifikasi akun saya sehingga tidak dicurigai? Sangat gampang. Saya bisa membayar siapa pun yang bahkan buta huruf sekali pun untuk mendapatkan scan KTP nya dan saya dapat menyalurkan hasrat serta mencapai tujuan saya di atas.

Bagaimana mengenali saya? Wah, ini pertanyaan sulit. Tidak sepasti soal matematika atau proposisi filsafat yang menjadi kepakaran saya. Tetapi bukan berarti tidak ada indikasi umum. Sekali lagi ini indikasi umum dan tidak perlu Anda langsung "arahkan" kepada salah satu akun. Paling tidak ini menjadi reminder saja untuk berhati-hati.

Pertama, ketidakjelasan pekerjaan. Saya tidak pernah menulis tentang pekerjaan saya. Mungkin juga sekali waktu saya menciptakan kebohongan soal pekerjaan saya. Tetapi, kualifikasi-kualifikasi berkait pekerjaan itu tidak pernah terlihat dalam tulisan-tulisan saya. Semua orang tahu bahwa sebuah pekerjaan memiliki kualifikasi-kualifikasi keahlian. Menyebut diri sebagai dokter tetapi bahkan menjelaskan DNA pun pake "berapa persen", saya pasti pembual.

Kedua, ketidakjelasan taraf hidup. Ohooo..ini indikator yang menarik. Anda ingat kan, saya punya uang banyak? Ya, uang hasil kriminalitas memang. Intinya saya punya uang. Dan Anda suka serta tertarik dengan kemapanan, bukan?! Apakah menurut Anda, saya tidak akan menjadikan "kemapanan" sebagai topik-topik tulisan saya? Anda pasti akan tertarik. Saya bisa memberikan foto-foto berupa tumpukan uang dan emas-emas batangan. Dan itu dokumen pribadi. Admins tidak akan menghapusnya. Maka terbelalaklah Anda dan saya pun senang melihat air liur Anda berhamburan tanpa sadar. Padahal saya sedang memberi Anda ampas kelapa yang hanya cocok dinikmati babi-babi! Anda menghina saya karena saya koruptor? Lihatlah, betapa mudahnya saya membuat Anda tak ubahnya seperti segerombolan babi!

Catat: pekerjaan saya tak jelas, teramat mapan pula! Apakah uang dan kemapanan jatuh dari langit tanpa pekerjaan yang jelas? Mungkin. Mukjizat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun