Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Fenomena Surat Terbuka di Kompasiana (Bag. 1)

28 Juli 2014   13:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:59 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.emel.com/

http://www.emel.com/ Sejak bergabung di Kompasiana hingga kini, khususnya menjelang Pilpres beberapa waktu lalu, begitu banyak tulisan di Kompasiana yang ditulis dalam bentuk surat. Lebih khusus lagi, surat terbuka (open letter).

Memang saya tidak membaca semua surat terbuka yang pernah diposting di Kompasiana. Saya hanya membaca beberapa di antaranya yang mengusung tema yang menarik perhatian saya. Tetapi, sejauh yang saya baca, surat-surat terbuka itu tidak memenuhi kriteria teknis penulisan sebuah surat, termasuk lebih khusus lagi, surat terbuka.

Dari segi muatannya, ada yang semata-mata berisi curhat, opini subjektif, omelan-omelan, dll. Dari segi bentuknya, tidak terdapat struktur literer yang memberi karakteristik untuk tulisan itu layak disebut sebagai surat. Dari segi penerimannya, ada yang menujukannya kepada pembantunya yang mudik lalu memberi embel-embel "surat terbuka" pada judul tulisannya.

Maaf, saya tidak bermaksud membuat Anda sekalian yang pernah menulis surat terbuka tampak buruk. Intensi saya hanya satu, meluruskan kesalahpahaman yang terekspresi dalam berbagai surat terbuka yang pernah diposting di forum ini.

Ingat, surat adalah sebuah jenis sastra (genre). Ruang ulasan membatasi saya untuk memberikan detailnya, tetapi sebagai sebuah jenis sastra, ia harus memenuhi kriteria bentuk atau struktur yang darinya kita dapat mengenalinya sebagai sebuah surat. Artinya, tulisan Anda tidak serta merta dapat disebut sebagai sebuah surat hanya karena Anda menyebutnya surat. Sama seperti kambing tidak serta merta menjadi kerbau hanya karena Anda menyebutnya kerbau. Maksud saya, Anda tidak dapat menyebut tulisan Anda sebuah surat ketika Anda mengkomposisikannya dengan minus struktur sebuah surat.

Soal struktur, saya kira banyak di antara kita yang langsung menyadari struktur yang bagaimana yang saya maksud: preskrip, tubuh, dan penutup. Setiap bagian besar ini memiliki sub-bagian kecil lainnya lagi yang harus dan/atau dapat ada.

Hal esensial lainnya adalah bagaimana mengkomposisi isinya. Alat sastrawi (literary device) apakah yang harus digunakan untuk mengkomposisi isi sebuah surat? Saya memperhatikan, semua surat terbuka yang pernah saya baca hampir-hampir nihil aspek ini.

Pada lima abad sebelum tahun Masehi dan juga abad-abad pertama sesudahnya, penggunaan genre surat (epistolary) merupakan sebuah fenomena publik. Para filsuf Sophis, Plato, Aristoteles, Epikuros, Cicero, Seneca, Pluttarch, Quintillian, dsb., adalah tokoh-tokoh fenomenal masa lampau yang gemar memanfaatkan surat untuk memasyarakatkan gagasan-gagasan mereka.

Sarana sastrawi apakah yang mereka gunakan untuk mengkomposisi sebuah surat untuk publik? Jawabannya singkat saja: Retorika! Sayang sekali, pada akhir-akhir ini istilah "retorika" digunakan hampir sinonim dengan omdo (omong doang) atau omkos (omong kosong saja). Padahal, retorika pada masa lampau - dan di kalangan studi sastra dan filsafat hingga saat ini - merupakan seni berargumentasi yang menjadi kebanggaan para filsuf kuno. Saya tidak tahu dari mana makna omdo dan omkos itu menyusup masuk ke dalam rentang semantik dari istilah "retorika". Yang saya tahu, kita harus berhenti menggunakan istilah retorika dalam kedua arti yang terakhir saya sebutkan.

Lalu, bagaimana dengan surat terbuka? Pada abad kesembilan belas, seorang pakar berkebangsaan Jerman bernama Adolf Deissmann mempopularkan dua istilah: letter (briefe) dan epistle (epistela). Menurut Deissmann, letter adalah sebutan untuk surat-surat pribadi yang ditulis untuk suatu situasi spesifik namun tidak dimaksudkan untuk konsumsi publik. Sementara epistle adalah sebutan untuk surat-surat yang umumnya bersifat filosofis dan/atau berkaitan dengan sebuah masalah tertentu namun dimaksudkan untuk dibaca oleh publik.

Saya kira, paralel dari surat terbuka dalam kategori riset Deissmann adalah epistle. Dan epistle atau surat publik atau surat terbuka adalah surat-surat yang ditujukan kepada tokoh-tokoh terkenal (politisi, selebriti, para pengambil keputusan, dsb.) dalam masyarakat. Surat terbuka itu ditujukan kepada mereka karena keputusan mereka sangat berpengaruh terhadap dinamika publik. Dan umumnya isu yang diangkat dalam surat-surat terbuka itu adalah isu-isu yang signfikan berkait kemaslahatan orang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun