Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

BG Batal Dilantik; Bahaya Hipotetis; dan "Golden Mean Leadership"

29 Januari 2015   13:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_393837" align="aligncenter" width="624" caption="Komjen Pol Budi Gunawan/Kompasiana(kompas.com)"][/caption]

Saya sudah kemukakan sejak awal bahwa BG merupakan "titipan"; pun, dalam tiga tulisan terakhir saya mengenai opsi pembatalan pelantikan BG, terafirmasi oleh Ketua Tim Independen. Seyogyanya kita tidak perlu bicara tentang pembatalan, jika BG cukup tahu diri untuk mengundurkan diri. Sayangnya, bahkan Ketua Tim Independen pun mengkhawatirkan BG tidak mau mundur.

Mengenai opsi pembatalan, saya percaya ini adalah opsi yang paling mungkin ditempuh oleh Jokowi.Pertama, alasan penangguhan pelantikkan BG yang disampaikan Jokowi dulu sekarang sudah tidak valid;kedua, opsi ini pun dilihat oleh Tim Independen sebagai opsi terbaik dalam situasi ini; danketiga, di dalamnya terkandung asumsi bahwa kehendak rakyat untuk tidak mendudukkan seorang tersangka di atas kursi Kapolri, terakomodasi.

Bahaya hipotetis

Sebuah skandalon yang dikhawatirkan para pengamat politik termasuk juga yang tersirat dalam pernyataan Ketua Tim Independen adalah bahaya timbulnya konflik antara Presiden dan DPR, jika Presiden menempuh opsi di atas.

Mengenai kemungkinan bahaya ini, saya bertanya bagaimana mungkin keputusan dari Presiden yang mengusung kehendak rakyat,koq menimbulkan riskannya hubungan antara Presiden dan DPR? Tidak masuk akal. Semua pertimbangan logis yang sederhana ini, menjadi begitu ruwet tersandera oleh intrik-intrik politik. Saya justru melihat indikasi kuat bahwa DPR sudah tidak berfungsi lagi sebagai wakil rakyat, entah mereka itu wakil apa dan siapa.

Sampai di sini, saya menyimpulkan bahwakonflik tersebut merupakanbahaya hipotetis yang membuat Presiden sangat berhati-hati untuk menempuh opsi pembatalan pelantikkan BG.

Golden mean leadership

Saya melihat kecenderungan gaya kepemimpinan Jokowi adalah apa yang saya sebutgolden mean leadership. Saya tidak tahu apakah istilah ini ada dalam buku-buku teks kepemimpinan, karena ini adalah istilah saya yang saya "ciptakan" sendiri untuk gaya kepemimpinan Jokowi.

Karakteristik darigolden mean leadership,khususnya dalamproblem solving, adalah kecenderungan untuk selalu menjadikan opsimoderat dalam setiap keputusannya. Opsimoderat dianggap sebagai opsi terbaik dalam setiap konflik karena memiliki "daya menenangkan" bagi kedua belah pihak yang berkonflik.

Sebenarnya, gaya kepemimpinan seperti ini merupakan sesuatu yang mewakili instink dasar manusia. Semua yang berlebihan itu dianggap tidak baik. Maka diasumsikan, yangsedang-sedang atau yangbiasa saja atau yangnetral atauwin-win itu pasti lebih akomodatif. Tetapi harus berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalamgolden mean fallacy ataumiddle ground fallacy (baca tulisan saya mengenai bahaya netralitas di sini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun