Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bersikap Jujur dalam Berdiskusi

11 Januari 2015   01:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:23 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, aura polemik terkesan mencuat di Kompasiana. Ada banyak opini dan argumen bertebaran, khususnya di sekitar peristiwa serangan terhadap CH di Prancis. Menurut hemat saya, itu adalah sebuah dinamika positif di mana orang mengemukakan klaim yang disertai argumen-argumen untuk dipertimbangkan lawan diskusinya.

Dalam suasana seperti ini, saya kira salah satu hal penting yang perlu kita ingat bersama adalah kredibilitas dalam berdiskusi. Di sini, saya akan menyorot salah satunya yaitu masalah kejujuran.

Profesor John Lennox

Dalam tulisan saya beberapa waktu lalu, saya sudah pernah membahas mengenai John Lennox dalam responsnya terhadap Richard Dawkins maupun Stephen Hawking. Lennox adalah seorang professor of mathematic di Oxford University. Beliau terlibat aktif dalam berapologetika melawan para penganut atheisme. Ia kerap kali terlibat dalam perdebatan dengan mereka.

Dalam sebuah wawancara, ia ditanyai soal apakah yang ia lakukan ketika berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan atau argumen-argumen yang sulit dijawab dari para lawan diskusinya? Saya kira jawaban Lennox yang saya kutip di bawah ini, menarik untuk kita pertimbangkan bersama:

Ketika berdiskusi dengan mereka untuk pertama kalinya, saya sering menggunakan kesempatan itu untuk mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin mengenai pandangan mereka. Terlalu sering kita datang kepada orang dengan pra-konsepsi yang kita ingin beritahukan kepada orang-orang untuk mempercayainya. Di sisi lain, kita seharusnya juga memperlihatkan ketertarikan kita untuk mengetahui apa yang mereka pikirkan. Maka saya mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin mengenai pandangan mereka hingga mereka berbalik mengajukan pertanyaan mengenai pandangan saya.

Ketika mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang saya tidak ketahui jawabannya saat itu, saya tidak perlu berpura-pura mengetahui sesuatu yang memang tidak saya ketahui. Saya pikir, kita perlu jujur di sini. Akuilah bahwa kita memang tidak memiliki jawabannya. Tapi perlihatkan keinginan kita untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu. Sikap jujur seperti ini akan memperlihatkan kredibilitas kita di hadapan mereka. Mungkin kita tidak memenangkan diskusi itu, tapi setidaknya kita tidak kehilangan kredibilitas!


Ada beberapa poin penting yang bisa dicatat dari Lennox di atas, mis. sedapat mungkin kita memiliki kejelasan akan posisi lawan diskusi yang menolong kita terhindar dari straw man arguments. Yang paling esensial dalam konteks tulisan ini adalah seruan untuk bersikap jujur, salah satunya adalah dengan mengakui ketidaktahuan kita ketika memang kita tidak memiliki jawaban dari isu tersebut.

Sebuah percakapan telepon

Beberapa hari lalu, saya bercakap-cakap di telepon dengan istri saya. Dalam percakapan itu, ia bertanya: "Sebenarnya yang Yesus maksudkan dengan memberi pipi yang satu ketika pipi yang lain ditampar itu apa sih?" Istri saya kemudian melanjutkan, "Saya agak tidak setuju ya dengan itu?"

Saya mulai bisa merasakan bahwa saya tidak dapat memberikan sebuah jawaban sederhana dan dogmatis di sini. Dan jujur saja, saat itu saya tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan tiba-tiba itu, walau saya telah meraih dua gelar master dalam bidang biblical studies.

Terhadap pertanyaan itu, saya berkata kepada istri saya: "Untuk sekarang jawabannya belum bisa diberikan. Saya tidak tahu jawaban persisnya sekarang. Tetapi saya akan melakukan eksegesis untuk mencari tahu jawabannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun