[caption id="attachment_401887" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Shutterstock-Kompas.com"][/caption]
Anda ingat istilah "dikompasianakan"? Istilah ini digunakan oleh mereka-mereka yang merasa terhengkang, kabur dari Kompasiana, lalu curcol di "luar" sana. Belakangan muncul keluhan bahwa banyak Kompasianers bagus yang tidak menulis lagi di Kompasiana karena sudah "dikompasianakan". Seakan-akan mereka telah "dikriminalisasi" di Kompasiana. Padahal, masalahnya hanya sebatas tulisan-tulisan atau komentar-komentar mereka dikritik. Ada pula yang tetap bertahan di Kompasiana tapi menulis dengan menanggung "kepahitan" (bitterness). Bahkan memberi cap "makhluk putus asa" kepada Kompasianer yang mengkritik tulisannya.
Sebenarnya itu tidak perlu jika kita cukup memperlengkapi diri dengan sikap-sikap positif mengenai diri kita serta tulisan-tulisan bahkan komentar-komentar kita di Kompasiana. Maka ijinkan saya memberikan beberapa panduan praktis, supaya Anda tidak merasa "dikompasianakan" dalam pengertian di atas, lalu menjadi pecundang dengan kabur dan curcol di luar sana atau tetap berada di Kompasiana namun kehilangan sukacita dalam menulis:
- Sadarilah bahwa soal kritik-mengkritik itu soal biasa. Di segala lini kehidupan ini, di segala bidang kajian ilmu pengetahuan, tidak pernah ada satu pun isu di mana tidak ada dimensi kritik-mengkritik yang mewarnainya. Tetapi jangan jadikan ini excuse untuk Anda asal-asalan menulis.
- Janganlah terlalu terobsesi untuk menyenangkan semua orang. Jika Anda bisa menyenangkan semua orang, Anda adalah pengkhianat bagi diri Anda sendiri. Berani menyuarakan pendapat kritis Anda sekaligus tidak kehilangan harga diri tatkala tulisan Anda dikritik.
- Sadarilah bahwa bersikap netral itu sendiri sebenarnya tidak netral. Setidaknya Anda tidak netral terhadap ketidaknetralan. Menulislah dengan posisi dan argumentasi yang jelas. Dan jika Anda dikritik untuk posisi itu, sadarilah bahwa itu merupakan konsekuensi logis dari sebuah pertukaran ide dan posisi intelektual.
- Sadarilah bahwa tulisan Anda bukanlah tulisan yang tidak dapat dikritik. T. Edward Damer, seorang ahli logika dan filsuf asal Amerika menyatakan bahwa salah satu sikap intelektual (intellectual conduct) yang perlu dimiliki adalah fallibility. Jika diterjemahkan dalam konteks ini, prinsip ini berbicara tentang kesediaan dari setiap penulis untuk menerima fakta bahwa dirinya atau siapa saja dapat melakukan kesalahan, baik kesalahan penyajian data (error in facts)Â maupun kesalahan penalaran (logical fallacies). Tetapi ini bukan excuse untuk menulis secara serampangan dan/atau mengkritik secara serampangan.
- Sadarilah bahwa tulisan Anda penting ketika tulisan Anda sedang menghadapi "pisau bedah" bernama evaluasi kritis. Justru karena isinya penting untuk ditanggapi maka tulisan Anda dikritisi.
- Tidak perlu bereaksi lebay ketika tulisan Anda dikritik, semisal melakukan: argumentum ad hominem (menyerang pribadi si pengritik tulisan Anda); appeal to pity (mengasihani diri atau berespons seakan-akan Anda victim dengan tujuan menarik simpati orang lain); appeal to ridicule (mengolok-olok si pengritik ketika ada argumennya susbtantif terhadap isi tulisan Anda); appeal to motive (menyerang motif si pengritik padahal yang perlu Anda lakukan adalah membahas argumennya); dsb. Bereaksi yang non-argumentasi terhadap kritikan justru memperlihatkan bahwa Anda memang berkepribadian "bermasalah".
- Jika tulisan Anda di Kompasiana di kritik, jangan memindahkan "panggung" semisalnya ke FB di yang ibaratnya Anda hanya menciptakan panggung bagi diri sendiri, melakukan pertunjukkan bagi diri sendiri, dan menuai tepuk tangan dari diri Anda sendiri. Melakukan begini hanya memperlihatkan kepecundangan Anda.
- Bersikap gentle mengakui kesalahan pada tulisan Anda jika memang kepada Anda diperlihatkan secara meyakinkan bahwa terdapat kesalahan di dalamnya, entah itu berupa kesalahan data maupun kesalahan logika.
- Jika Anda menganggap penting untuk memberikan tanggapan balik (entah dalam bentuk komentar atau tulisan tanggapan) terhadap tulisan evaluatif tersebut, berikanlah argumentasi-argumentasi dengan menyebutkan subjek yang bersangkutan supaya Anda tidak dianggap sebagai penyindir! Jika Anda tidak ingin menanggapinya lagi, segeralah move on untuk menulis topik-topik lainnya.
- Percayalah bahwa dunia tidak kiamat hanya karena tulisan Anda dikritik. Kompasiana masih ada; fitur write a post juga masih ada; kapan saja Anda masih bisa menulis lagi dan peluang untuk Anda menulis lebih baik tetap terbuka. Mengapa harus kehilangan harga diri hanya karena tulisan Anda dikritik?
Anda bisa menambahkan pokok-pokok praktis lainnya jika perlu. Namun akhirnya, saya ingin mengingatkan kita akan sebuah tamsil lawas: "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya".
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H