Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tiga Jurus "Celana Tua" Lulung

8 Maret 2015   05:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:00 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisruh pasca rapat mediasi Ahok - DPRD DKI Jakarta yang berujung tak jelas kemarin, Lulung, sebagaimana yang termuat dalam sejumlah reportase di Kompas.com, melancarkan "serangan balik" terhadap Ahok. Serangan balik yang semakin memperlihatkan "kejeniusan" Lulung dalam mendaur ulang berbagai jurus "tua" yang sudah terlalu sering digunakan.

Pertama, Lulung menuding Ahok bermotif pencitraan di balik semua gebrakannya terkait kisruh RAPBD yang kelihatannya akan bermuara di "hotel pordeo".

Kedua, Lulung mengklaim bahwa kisruh KPK vs Polri dan Ahok vs DPRD DKI Jakarta merupakan taktik komunis baru. Definisinya senderhana, komunis melakukan adu domba; ada adu domba; maka ini taktik komunis baru.

Ketiga, terkait ketidakberetiketan Lulung yang memotong-motong pembicaraan Ahok dan memprovokasi Ahok sehingga Ahok bersuara keras yang berujung bubarnya rapat mediasi tersebut serta makian-makian rasis serta merendahkan Ahok dari oknum-oknum DPRD, diklaim sebagai editan yang tentunya dimaksudkan memojokkan DPRD DKI Jakarta.

Perhatikan bahwa  tiga jurus di atas tidak satu pun, saya yakin, yang bisa dibuktikan oleh Lulung. Bagaimana membuktikan motif pencitraan? Klaim kosong! Bagaimana membuktikan bahwa kisruh akhir-akhir ini adalah taktik komunis baru? Klaim kosong! Bagaimana membuktikan bahwa "omongan-omongan kami diedit sedangkan omongan dia yang comberan tidak diedit"? Klaim kosong lagi!

Jurus-jurus seperti di atas, biasanya digunakan sebagai umpan "ikan merah" untuk mengalihkan pandangan publik dari substansi masalahnya yaitu adanya penggelembungan dana yang tidak rasional di RAPBD DKI Jakarta. Dan sejauh ini, Ahok sudah memperlihatkan berbagai indikasi bersifat evidensial yang memperkuat posisi Ahok.

Bahkan dalam rapat mediasi tersebut, ketika Lulung secara tidak beretiket memprovokasi Ahok dengan memotong-motong giliran berbicaranya Ahok sambil menantang Ahok soal "ini hasil pembahasan", Ahok menjawab tantangan itu dengan meminta Pak Walikota memberikan testimoni soal UPS. Dan akhirnya, Lulung "berhasil" dalam provokasi berujung bubarnya rapat mediasi tersebut, karena kisruh itu membatalkan comberan yang sesungguhnya yang bakal disiram ke muka DPRD di hadapan publik pada waktu itu.

Pak Lulung, tiga jurus di atas adalah jurus-jurus celana tua yang sudah lapuk dan berguguran helai per helai dan akhirnya hanya menelanjangi isi kepala Anda yang sesungguhnya di hadapan publik. Shame on you!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun