Saya memosting tulisan ini menggunakan hp jadi tidak akan panjang seperti biasanya.
Beberapa hari lalu, saya menyetir sambil mendengarkan radio. Saat itu ada seorang pembicara yang sedang mengudara. Topiknya adalah semacam upaya apologetis untuk meyakinkan para pendengar mengenai pandangan teologis tertentu.
Saya sebenarnya tertarik mendengar suaranya yang "seksi" [mengutip term favorit bu Ellen]. Di samping itu, saya juga senang mendengar pemaparannya yang bersemangat.
Sayangnya, mungkin saking bersemangatnya, pembicara yang pintar itu berujar demikian: "Saya akan buktikan kepada Anda sekalian tanpa keraguan sedikit pun bahwa yang saya sampaikan itu benar."
Wah, pikir saya, sejak tadi saya mendengarkan dia dengan saksama dan masalahnya adalah saya tidak sedikit pun diyakinkan oleh argumen-argumen sesat pikirnya. Lalu, argumen pembuktiannya yang mana yang telah meyakinkan saya tanpa menyisakan keraguan sedikit pun?
Kawan-kawan, saya mengerti, kadang dalam kondisi yang terlampau bersemangat, kita kehilangan kontrol sehingga mengemukakan klaim-klaim yang bombastis dan berdaya tarik retoris. Mungkin juga kita sedemikian yakinnya akan klaim-klaim tersebut sehingga kita melupakan bahwa mereka yang mendengarkan kita atau yang membaca tulisan kita tidak memiliki kadar keyakinan yang sama dengan kita atau bahkan menganut pandangan oposisi terhadap pandangan yang kita anut.
Pembuktian ditentukan oleh validitas dan soundnessnya argumen-argumen, bukan seberapa bombastisnya kita mempropagandakan sebuah klaim entah itu klaim dalam bidang apa saja. Percayalah, orang-orang yang diyakinkan hanya dengan klaim-klaim bombastis tanpa argumen, sebenarnya hanya ibarat jerami-jerami yang Anda sedang tuai, bukan bulir-bulir padi yang bernas dan berkualitas. Bahkan akan menjadi lebih ironis ketika anda malah bersorak atas situasi itu seakan-akan anda kembali dari medan pertempuran dengan kemenangan besar. Ringkasnya, Anda hanya sedang membangun sebuah komunitas pengikut yang hidup dalam fantasi, bukan fondasi yang kokoh dan mampu tahan uji.
Kendalikan diri dan fokuslah memberikan argumen-argumen, ketimbang melemahkan diri sendiri dengan klaim seperti di atas. Karena orang yang tidak diyakinkan justru akan melihat bahwa hasil yang Anda capai tidak seperti yang Anda klaim.
Selamat pagi, salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H