Pada hari Rabu, 14 Mei 2014, Megawati dalam pidatonya saat deklarasi koalisi PDIP, Partai Nasdem, dan PKB di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, menyatakan:
"Saya pesan ke Pak Jokowi, sampeyan tak [saya]Â jadikan capres. Tapi jangan lupa ingat capresnya saja, Anda adalah petugas partai yang harus melaksanakan apa yang ditugaskan partai" (sumber).
Anak kalimat terakhir dalam isi pidato Megawati di atas, rupanya ditafsirkan secara beragam oleh pihak-pihak tertentu. Beberapa di antaranya, akan saya kemukakan ulang di bawah ini.
1. Jokowi adalah boneka Megawati
Tafsiran ini dikemukakan oleh Taslim Chaniago, anggota DPR Partai Amanat Nasional (PAN). Taslim menyatakan,
"Kalau terpilih sebagai presiden Jokowi hanya jadi boneka Megawati dan PDIP saja. Itu artinya apa pun kebijakan Jokowi harus sesuai perintah Megawati. Jokowi tidak punya kewenangan saat memimpin negeri" (sumber).
Jadi menurut Chaniago, kata-kata Megawati di atas merupakan semacam peringatan implisit kepada Jokowi untuk selalu tunduk kepada apa pun yang dikehendaki Megawati. Secara analogis, Jokowi adalah boneka Megawati!
2. Megawati belum iklas menjadikan Jokowi sebagai Capres
Selain tafsiran di atas, Taslim juga menganggap kata-kata Megawati tersebut mengekspresikan kondisi batin Megawati yang belum legowo (ikhlas) menjadikan Jokowi sebagai Capres. Bagi Taslim, kata-kata itu mencerminkan dilema batiniah Megawati yang di satu sisi sadar bahwa tingkat elektibilitasnya lebih kecil ketimbang Jokowi namun di sisi lainnya Megawati "masih menganggap dirinya Presiden". Dengan kata lain, demikian menurut Taslim: "Saya menangkap, apa yang disampaikan Megawati itu membuktikan bahwa Megawati ingin menjadi presiden" (sumber).