Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pidato Deliberatif Prabowo dalam Takaran Retorika Klasik

23 Mei 2014   11:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, saya mendengar banyak orang membicarakan kemampuan retorika Prabowo (pidato-pidato politisnya). Saya sendiri, baru saja menonton sejumlah rekaman pidato Prabowo di youtube. Secara pribadi, saya senang melihat gaya pidato Prabowo. Pidato-pidato yang mengingatkan saya akan berbagai hal ikhwal berkait retorika klasik yang pernah saya pelajari dulu.

Dan karena spesifikasi studi saya membawa saya cukup familiar dengan retorika klasik (retorika Greco-Roman), maka saya akan mencoba memberikan beberapa catatan penting berkait pidato Prabowo. Saya akan sedapat mungkin memberikan catatan-catatan evaluatif yang objektif.

Saya akan memulainya dengan memberikan catatan ringkas mengenai konotasi salah kaprah terhadap retorika, lalu membahas genre dan tiga elemen penting dalam retorika. Akhirnya saya akan menempatkan pidato Prabowo dalam kerangka elemen-elemen retorika klasik sambil memberikan sejumlah komentar di sana.

Nama Buruk bagi Retorika?

Akhir-akhir ini saya cukup sering membaca atau mendengar penggunaan istilah "retorika" yang diberi konotasi negatif. Konotasi negatif yang saya maksudkan adalah kesan bahwa ketika istilah ini digunakan sekarang, maka yang dimaksudkan, sederhananya: omdo (omong doang). Tidak heran, orang sering berkata: "Kami tidak butuh retorika, yang kami butuhkan adalah karya nyata."

Sayang sekali!

Konotasi yang demikian, sederhananya, adalah sebuah salah kaprah. Saya akan memperlihatkannya nanti pada bagian berikutnya. Namun, sekadar rangsangan awal, tahukah Anda bahwa para filsuf pada era Greco-Roman semisal: Cicero, Quintilianus, Plato, dan Aristoteles, menulis buku-buku mengenai retorika yang pengaruhnya masih terasa hingga kini?

Retorika itu sendiri berarti seni persuasi atau seni meyakinkan [audiens] mengenai suatu hal. Dan para filsuf di atas menulis mengenai bagaimana melakukan persuasi yang baik. Aristoteles sendiri mendefinisikan retorika sebagai kemampuan untuk apa yang dapat meyakinkan audiens mengenai suatu hal. Dan seorang retor adalah orang yang mampu melihat hal tersebut (Rhetoric, 1.2).

Artinya, pada dirinya sendiri retorika itu tidak buruk. Yang menjadikannya buruk atau baik adalah bagaimana orang melakukan retorika!

Selanjutnya, saya berharap mendapatkan sedikit kesabaran Anda untuk mengikuti dua pokok penjelasan awal terlebih dahulu sebelum tiba pada isu spesifik yang menjadi concern saya di sini yaitu pidato Prabowo. Ini penting karena Anda mungkin tak dapat menangkap maksud saya tanpa dua pokok paradigmatis ini.

Tiga Genre Retorika Klasik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun