[caption id="attachment_312064" align="aligncenter" width="298" caption="http://info.sabryfattah.com/"][/caption]
Ehem..ehem... Setelah sebulanan mondar-mandir di kanal politik, rasanya kangen juga kembali ke kanal filsafat. Dan kali ini saya akan membahas tentang sesat pikir "pertanyaan menjebak" (trick question)Â yang seringkali terlihat di media cetak maupun online, interogasi polisi, termasuk juga interaksi lisan non-formal sehari-hari.
Sesat pikir "pertanyaan menjebak" dapat didefinisikan sebagai sebuah pertanyaan yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga mempresuposisikan jawaban dari dua atau lebih pertanyaan. Sesat pikir ini memiliki banyak sebutan yang sinonim: loaded question, complex question, plurium interrogationum, many question.
Saya menyebutnya "pertanyaan menjebak" karena berkiblat pada akar historis dari sesat pikir ini. Sesat pikir ini "ditemukan" oleh Eubilides, seorang filsuf yang hidup sejaman dengan Plato. Eubilides menyatakan bahwa pertanyaan ini entah dijawab "ya" atau "tidak", si penanya akan tetap berada pada posisi yang menguntungkan.
Misalnya contoh terkenal dalam buku-buku teks mengenai logical fallacies adalah: "Masihkah engkau memukul istrimu?" Perhatikan bahwa pertanyaan ini "menjebak" karena dijawab dengan "ya" atau "tidak" pun, si penanya tetap mendapatkan afirmasi bahwa "engkau memiliki istri" dan "engkau memukul istrimu". Ini adalah sesat pikir, jika, sebelumnya pihak yang ditanyai belum pernah mengakui bahwa: a) ia memiliki istri; dan b) ia memukul istrinya.
Di Kompasiana, saya pernah membaca beberapa tulisan dengan judul yang merupakan "pertanyaan menjebak". Saya akan menyebutkan dua di antaranya:
Pertama, tulisan berjudul "Seberapa Jauh Jokowi Play Victim?". Ini adalah "pertanyaan menjebak", karena ia mempresuposisikan jawaban dari  pertanyaan lain yang sangat fundamental: "Apakah Jokowi Play Victim?", yang dipresuposisikan jawabannya "Ya, Jokowi Play Victim." Padahal langkah paling penting yang ia harus lakukan adalah membuktikan terlebih dahulu bahwa Jokowi sudah play victim.
Dan Kedua, tulisan berjudul "Kapan Jokowi Berhenti Mengumbar Bohong?" Ini juga adalah sesat pikir "pertanyaan menjebak" sama seperti di contoh-contoh di atas. Pertanyaan ini mempresuposisikan bahwa Jokowi "mengumbar bohong" bahkan "terus mengumbar bohong", maka ia bertanya "kapan Jokowi berhenti mengumbar bohong?" Padahal ia harus membuktikan dua hal terlebih dahulu: a) jokowi berbohong; dan b) Jokowi terus berbohong!
Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip sebuah kalimat terkenal mengenai sesat pikir ini yang sering dikutip di mana-mana: A 'loaded question' like a loaded gun, is a dangerous thing!
Waspadalah! Hehehehe
Selamat Sore; Salam Kompasiana!