Memiliki rumah sendiri adalah impian semua orang. Terutama mereka yang hidup berpindah-pindah dari satu kos ke kos lainnya, atau dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Begitu banyak orang membutuhkan rumah atau bangunan untuk dijadikan berteduh dari hujan dan berlindung dari panasnya matahari.
Sebaliknya, begitu banyak rumah dan bangunan yang terbengkalai. Kotor. Tidak berpenghuni, hingga kesan angker pun muncul. Itu adalah rumah-rumah dan bangunan yang ditinggalkan pemiliknya untuk alasan yang tidak jelas.
Rumah-rumah atau bangunan yang tidak dipakai, ditinggalkan, dan terbengkalai itu sampah. Sampah yang berbentuk rumah dan bangunan.Â
Dari temuan ini, kita bisa mengkategorikan sampah sesuai massanya. Ada sampah bergerak. Ada sampah tidak bergerak.Â
Sampah bergerak adalah entitas sampah yang dapat dipindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam proses pengelolaannya. Contohnya, sampah plastik, kertas, besi, karet, kaca, sampah organik, dan lain-lain.Â
Sedangkan sampah tidak bergerak adalah sampah yang tidak bisa dipindah dalam proses pengelolaannya. Sebagai contoh : rumah, bangunan, megaproyek, dan lainnya.
Sampah kategori ini belum pernah terdengar cerita dikelola oleh pemerintah atau siapapun juga. Mungkin karena memang tak ada cara atau tidak tahu cara mengelolanya.Â
Mencontoh Jepang Kelola Rumah dan Bangunan Terbengkalai
Negara Jepang bisa menjadi rujukan yang baik untuk belajar bagaimana cara mengelola sampah tidak bergerak seperti rumah dan bangunan. Di Negeri Matahari ini, pemerintah turun tangan mengatasi rumah dan bangunan yang terbengkalai agar bermanfaat.
Pemerintah terlebih dahulu mendata jumlah rumah kosong yang disebut 'Akiya'. Data menunjukkan bahwa ada sedikitnya 8 juta Akiya di se antero negeri yang berpenduduk 125,8 juta jiwa itu.Â