Dalam hitungan hari umat Islam di seluruh dunia akan menyambut Bulan Suci Ramadhan. Bulan puasa yang ditunggu-tunggu hampir semua pihak. Sebab, di bulan puasa sendi-sendi perekonomian akan bergerak.Â
Sebagaimana diketahui, pergerakan ekonomi akan pararel dengan potensi timbulan sampah. Tingginya aktivitas ekonomi juga akan meningkatkan volume timbulan sampah. Di bulan puasa semua transaksi ekonomi akan menunjukkan trend positif hingga puncaknya nanti, lebaran.
Di bulan puasa ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang signifikan. Volume sampah juga akan naik signifikan. Andai regulasi pengelolaan sampah berjalan dan dilaksanakan, tentu bulan puasa akan menjadi bulan yang sangat ekonomis juga bagi pengelola sampah.
Pasalnya, di bulan puasa potensi sampah yang bisa diolah akan naik tinggi. Sehingga, bahan baku daur ulang organik maupun anorganik akan naik juga.
Kita bisa lihat, selama bulan puasa akan banyak orang berjualan makanan dan minuman untuk berbuka dan sahur. Restoran dan rumah makan akan penuh reservasi. Konsumsi makanan dan minuman berkemasan juga akan meningkat. Semua sisa konsumsi akan meningkat volumenya.
Tidak salah jika banyak sampah di bulan puasa ini. Asalkan sampah-sampah itu dikelola dengan baik sesuai regulasi. Karena jika tidak, situasi persampahan bulan puasa justru akan menjadi momok bagi pelayanan persampahan.
Terlebih sekarang, di mana selama 2 tahun terakhir orang dipaksa menahan diri untuk tidak berkumpul saat berbuka dan sahur bersama. Puasa tahun ini rasanya akan sangat banyak acara dan kegiatan berkumpul.
Mengelola Sampah Sendiri
Saat ini semua orang mungkin belum bisa mengelola sampahnya sendiri di rumah. Karena memang pada umumnya masyarakat di rumah tangga dan sejenis rumah tangga (restoran, rumah makan, warung, hotel, apartemen, rumah kos, dan lainnya) tidak memiliki infrastruktur pemilahan sampah.
Namun dengan kesadaran sendiri masyarakat bisa memenuhi sendiri kebutuhan infrastruktur pemilahan sampahnya sendiri. Yaitu, dengan memiliki komposter dan wadah sampah anorganik.
Komposter digunakan untuk membuang sampah organik agar terdekomposisi. Dengan komposter, sampah organik tidak lagi dibuang dan bisa dimanfaatkan sendiri sebagai pupuk organik setelah terdekomposisi sesuai kaidah dekomposisi.
Tapi sampah organik baru bisa terdekomposisi dengan baik dengan komposter yang benar dan mikroba yang sesuai kebutuhan. Jika tidak, sampah organik yang disimpan justru akan mendatangkan masalah lain, bau busuk, dan mengundang hewan pengganggu.
Wadah sampah anorganik dipakai untuk menampung sampah agar tak setiap hari membuangnya. Setidaknya dengan adanya wadah tersendiri untuk sampah anorganik, sampah bisa ditahan di rumah hingga 10 hari.Â
Jika di lingkungan Anda belum ada sistem pengelolaan sampah yang benar, setidaknya pemilahan sampah itu memudahkan pemulung untuk mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang.
Dengan pola seperti itu, setidaknya ada sedikit pengurangan sampah ke TPA. Dan perilaku demikian mudah-mudahan dapat menambah pahala di bulan puasa dengan niat menjaga kebersihan dan menyelamatkan lingkungan dari sampah.
Namun, sangat baik jika perilaku tersebut dapat dilakukan bersama-sama dalam satu kawasan tertentu. Sehingga, meningkatnya volume sampah di bulan puasa bukan lagi jadi masalah melainkan berkah bagi kita semua. (nra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H