Kaya pernah menjadi sesuatu yang tak diinginkan. Itu terjadi di Arab, antara tahun 600-700-800 Masehi. Sangat sebentar dan singkat. Yakni, di zaman Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya.
Nabi Muhammad pernah akan kaya ketika mendapatkan harta pampasan perang berupa harta benda, hewan ternak, dan hewan tunggangan. Tapi semuanya dibagikan pada pengikutnya sampai tak tersisa.
Para sahabatnya, memberikan semua kekayaannya untuk perjuangan Islam di masa itu. Memastikan tidak ada muslimin yang kelaparan, miskin, bodoh, dan kekurangan sesuatu apapun. Mereka menganggap dirinya sebagai saluran rezeki pada layak luas. Kekayaan bukan untuk dirinya tapi untuk selain dirinya.
Selepas tahun 800 Masehi, dan hingga saat ini nyaris semua orang ingin kaya. Kalau ada orang yang tidak ingin kaya, jumlahnya pasti sangat sedikit.
Banyak alasan untuk seseorang menjadi ingin kaya. Jika disebutkan satu per satu tak akan ada selesainya. Namun, ada satu alasan yang mungkin akan sangat jarang disebut semua orang yang ingin kaya.Â
Apa itu?
Tanggung jawab moral.
Sangat jarang orang ingin menjadi kaya untuk menjalankan atau melaksanakan tanggung jawab moral. Padahal, seharusnya dalam kekayaan melekat tanggung jawab moral bagi seseorang yang mengalaminya.
Misalnya, seorang kaya bertanggung jawab untuk memberikan contoh yang baik bagi lingkungannya. Dia harus menjadi contoh bagaimana dia menggunakan kekayaannya dengan baik. Misalnya, menggunakan kekayaannya untuk membangun rumah orang-orang miskin di sekitarnya.Â
Atau, orang kaya harus bertanggung jawab untuk memastikan tidak ada anak putus sekolah di lingkungannya secara sempit atau luas. Orang kaya bertanggung jawab meniadakan kelaparan di wilayahnya. Atau bertanggung jawab mengentas pengangguran dan menghilangkan kemiskinan.
Bisa juga begini: orang kaya harus bertanggung jawab untuk mendamaikan perang yang terjadi. Orang kaya harus bertanggung jawab memastikan lingkungan terjaga dengan baik dan tidak dirusak.Â