Sudah tiga hari ini saya menempuh perjalanan pp malang-surabaya.Naik bus patas dengan tarif normal 15.000.Namun pagi ini tarif yang saya bayarkan tidak sebesar itu.
Pagi ini, saya berikan uang 20.000 pada kondektur. Saya diberi kembalian 10.000 dan tak diberikan karcis, padahal biasanya setiap penumpang pasti diberi karcis. Awalnya saya pikir mungkin karena hari sabtu, maka tarifnya jadi lebih murah. Lumayan dapat keuntungan 5.000.
Tapi lama-lama hati jadi tak enak. Penumpang di samping dan di depan saya diberi karcis dan kayaknya mereka bayar 15.000. Untuk memastikan, saya tanya penumpang disebelah saya, dia bilang tarif patas malang-surabaya itu 15.000.
Saya tunggu kondekturnya menyelesaikan pekerjaannya. Saat dia berjalan kembali ke arah belakang dan sampai deretan kursi yang saya duduki, saya hentikan dia.
"Pak, kok saya nggak diberi karcis?"
Dia bilang karcisnya habis.Padahal kelihatan oleh saya masih ada beberapa lembar dalam genggaman tangannya.
"Tarifnya malang surabaya berapa sih pak?"
Dia bilang 15 ribu. Beberapa penumpang mulai menengok ke arah kami. Saya lalu menunjukkan uang 10 ribu kembalian darinya tadi sambil mengangkat alis sebagai tanda pertanyaan baginya.
Dia menengok kanan kiri sebelum berucap dengan memelankan suaranya "buat mahasiswa nggak pa pa" lalu segera berlalu sebelum sempat saya jelaskan bahwa saya bukan mahasiswa.
Ya sudahlah. Tampaknya pak kondektur nggak mau kasih penjelasan lebih. Jadi uang 5.000 itu saya anggap rejeki saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H