Mohon tunggu...
Nara
Nara Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pendiam dan lebih suka berkomunikasi lewat tulisan. Instruktur di PPPPTK bidang otomotif dan elektronika Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berangkat Sekolah Dini Hari Demi Rebutan Kursi

11 Juli 2011   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:46 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Punya kursi itu enak. memiliki kedudukan itu nyaman. Makanya banyak orang yang memperebutkan kursi kekuasaan. Dari kursi kepala desa, kursi DPR, kursi DPRD hingga kursi presiden. Kalau sudah berhasil meraih kursi yang diperebutkan, menikmati kenyamanannya, maka tak mau digeser. Tak mau dipindah tempatnya. tak mau bertukar tempat duduk. Siapa yang menggoyang akan ditendang.

Rupanya tradisi rebutan kursi ini  bukan hanya dalam hal kekuasaan. Rupanya sejak dibangku sekolah, anak-anak sudah terbiasa rebutan kursi. Bukan hanya anak-anak, bahkan orang tuanya ikut datang ke sekolah. Ikut rebutan antar sesama orang tua, agar anaknya masing-masing mendapat kedudukan yang strategis. Kasihan anak-anak yang tak didampingi orang tuanya ke sekolah. Jadi kalah berebut kursi dengan orang-orang tua.

Itulah gambaran hari pertama masuk sekolah ditahun ajaran baru, yang siang tadi sempat saya saksikan dilayar televisi. Para orang tua datang ke sekolah dini hari, demi berebut kursi, mencari tempat paling depan. Ada yang kursinya terus diduduki hingga pagi. Ada yang meja kursinya ditulisi nama sebagai penanda bahwa sudah di booking. Ada yang meninggalkan barang (tas, sepatu, buku) di kursi dan laci meja.

Alasan mereka adalah, kursi depan itu strategis. Kalau duduk didepan, maka anak-anak pasti akan berkonsentrasi penuh pada apa yang dijelaskan guru. Tak ada kesempatan buat bincang-bincang, apalagi main-main saat pelajaran berlangsung. Dan kursi itu akan diduduki selama satu tahun. Bayangkan jika satu tahun nggak dapat tempat nyaman, bisa-bisa anak malas sekolah. Hmm.... apa memang demikian?

Saya jadi ingat jaman-jaman sekolah dulu. Di SD memang selama setahun kami duduk dibangku yang sama. Tapi tak sampai ada rebutan untuk mendapat kursi terdepan. Disuruh sekolah aja banyak yang malas, apalagi untuk rebutan. Bangku depan itu adalah bangku yang sebisa mungkin dihindari. Supaya buku catatan tidak dipinjam guru, buat ngecek kemarin dia ngajar sampai mana.

Di SMP, setiap minggu kami ganti posisi tempat duduk. Setiap Senin, kami ganti kursi. jadi setiap orang bisa merasakan duduk di depan, ditengah, dan dibelakang. Tak boleh ada yang mogok nggak mau digeser tempat duduknya.

Di SMA, setiap minggu kami juga ganti tempat duduk. Tapi kali ini tidak bergeser rapi. Kami harus berebut. Jaman SMA, kursi belakang adalah kursi favorit. Jadi kalau senin, kami pasti berusaha datang pagi-pagi untuk mendapatkan kursi paling belakang. yang datang agak siang, dipersilakan menduduki kursi paling depan.

Seandainya semua sekolah punya kebijakan untuk menggilir tempat duduk anak-anak, seperti jaman SMP saya, saya yakin tak adalagi orang tua yang harus pergi ke sekolah anaknya jam 2 dini hari, demi mendapatkan kursi paling depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun