Pagi harinya ada upacara bendera di lapangan kampung. Sudah ada edaran sebelumnya dari kepala desa. Tapi tak banyak warga yang hadir. Lapangan hanya dipenuhi anak-anak berseragam sekolah, anak-anak SD di kampung kami.
Siaran langsung upacara bendera dari istana negara pun tak lagi jadi tontonan utama. Membosankan, demikian kata beberapa orang.
***
Agaknya tak hanya di kampungku yang kondisinya seperti itu. Aneka lomba tak lagi menarik. Bahkan ada yang bilang malas ikut lomba, udah capek hadiahnya dikit lagi. Ritual upacara bendera pun hanya sebatas seremoni saja. Tak lagi khidmat, tak lagi syahdu. Bahkan saat upacara pun banyak yang malah sms an. Acaranya membosakan, demikian alasannya.
***
Memaknai kemerdekaan memang tak semata dengan aneka lomba, tak semata-mata dengan ikut upacara bendera. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memaknai da merenungkan kembali bagaimana perjuangan para pendahulu kita.
Mengunjungi para veteran perang, mendengarkan kisah mereka. Dapat mengingatkan kembali betapa susahnya para pendahulu kita, betapa beratnya perjuangan mereka untuk memperoleh satu kata, MERDEKA.
Mengunjungi museum, mendengarkan diorama yang diputar disana. Jika hati masih peka, pasti kita akan terbawa ke suasana masa lalu. Kita diingatkan kembali bahwa untuk MERDEKA itu tidaklah mudah. Ada banyak yang harus dikorbankan.
Kemerdekaan, sudah selayaknya dimanfaatkan dengan baik. Dengan tetap memperhatikan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Jika para pendahulu kita telah mengorbankan harta benda bahkan juga nyawa demi sebuah kemerdekaan, maka apa yang kini dapat kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan itu? Marilah kita merenung sejenak. Apa yang dapat kita berikan untuk Indonesia yang telah merdeka ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H