Mohon tunggu...
Nara
Nara Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pendiam dan lebih suka berkomunikasi lewat tulisan. Instruktur di PPPPTK bidang otomotif dan elektronika Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sumber Kencono, Favorit Mahasiswa dan Pekerja

13 September 2011   03:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:00 1900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca dan melihat berita kecelakaan antara bus sumber kencono dengan minibus di Mojokerto beberapa hari yang lalu membuka kembali memori saya saat sering bepergian menggunakan jasa bus tersebut. Bus ekonomi yang identik dengan warna biru ini tentu sudah sangat dikenal di sepanjang jalur surabaya-jogja.

Semasa masih lajang dan sudah bekerja di Malang, hampir sebulan sekali saya pulang ke Klaten (sebah kota kecil di pertengahan solo dan jogja). Setiap kali pulang, saya memilih menggunakan jasa bus Sumber kencono jurusan surabaya-jogjakarta. Jadi saya dari malang naik bus ke surabaya terlebih dahulu. Dari surabaya baru naik sumber kencono ke klaten.

Kenapa saya pilih sumber kencono? ada beberapa alasan :


  1. Bus jurusan malang-jogja hanya ada di malam hari, jamnya pun tertentu, ongkosnya pun tergolong mahal menurut ukuran dompet saya. Naik travel malang-jogja, tentunya lebih mahal lagi.
  2. Bus sumber kencono tersedia 24 jam dan tarifnya murah, jadi jam berapa pun tiba-tiba saya ingin pulang menengok ortu, saya bisa langsung berangkat.
  3. Rata-rata sopir bus sumber kencono adalah tukang ngebut di jalan. Bagi saya ini tentu menyenangkan karena akan lebih cepat sampai di rumah. Meski kadang agak was-was juga kalau dapat sopir yang gampang emosi di jalan


Itu beberapa alasan saya memilih menggunakan sumber kencono.

***

Selama saya sering naik sumber kencono, jarang bus yang saya tumpangi sepi penumpang. Selalu penuh, bahkan sering pula banyak yang berdiri hingga berdesak-desakan. Sudah penuh pun, kalau ada calon penumpang terlihat melambaikan tangan ditepi jalan, sopir akan berhenti untuk menaikkan penumpang tersebut.

Dalam bus sering saya dengar ibu-ibu yang mengerutu karena sopirnya ngebut. Tapi lebih sering saya dengar penumpang yang minta sopir menambah kecepatan, terutama kalau jalanan sepi. Tentunya para penumpang ini, sama seperti saya, berharap segera sampai di rumah.

***

Setelah punya buntut, saya tak pernah lagi naik sumber kencono. Saya lebih memilih naik travel kalau ingin menengok kedua orang tua saya. Kasihan kedua batita saya kalau harus diajak naik sumber kencono. Nantilah kalau mereka sudah besar, saya ajak bertualang naik raja jalanan surabaya-jogja tersebut. Itupun kalau masih beroperasi, karena denger-denger ada wacana untuk menghentikan ijin trayek sumber kencono.

Bagaimana kalau ijin trayek sumber kencono dihentikan? pastinya akan sering terjadi penumpukan calon penumpang. Para penumpang tujuan mojokerto, kertosono, jombang, nganjuk, madiun, ngawi, sragen hingga jogja mau dialihkan kemana? Naik bus patas, nggak mungkin. Bus patas tidak berhenti di terminal-terminal dikota-kota kecil tersebut. Tarifnya juga jauh lebih mahal.

Memang ada bus ekonomi selain sumber kencono, yaitu Mira. Namun jumlah armadanya sedikit. Jadi pemerintah pun harus pula mampu memberikan solusi jika benar ijin trayek sumber kencono mau dihentikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun