Pada masa perang Diponegoro, perempuan belum memiliki hak politik yang sama dengan laki-laki. Meskipun demikian, perempuan memiliki peran penting dalam mendukung perjuangan rakyat Jawa melawan penjajah Belanda. Mereka telah membuktikan keberanian dan ketangguhannya dalam melindungi masyarakat serta berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Perang Diponegoro memiliki sejarah panjang yang menggugah hati. Terjadi pada abad ke-19 yang menjadi salah satu perjuangan terbesar untuk kemerdekaan Indonesia. Perang ini dimulai pada tahun 1825 dan berakhir pada tahun 1830 yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Saat perang tersebut perempuan juga berperan sebagai prajurit perempuan salah satu buktinya adalah koleksi museum yaitu ‘Patrem’ yang disembunyikan dan diselipkan dipinggang.
Dalam buku “Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1825” Peter Carey sebagai penulis menyebutkan bahwa ada dua perempuan yang terlibat langsung dalam perang melawan Belanda dengan para laki-laki lainnya. Mereka adalah Raden Ayu Serang atau Nyi Ageng Serang, ibu Pangeran Serang II, Istri seseorang dari garis keturunan Wali Songo Sunan Kalijaga, dan Raden Ayu Yudokusumo, salah satu putri sultan Hamengku Buwono I, yang menikah dengan seorang Bupati Mancanagara Yogya.
Raden Ayu Serang merupakan sosok wanita yang memimpin pasukan berkekuatan 500 orang. Pada saat itu, terjadi perang di Serang Demak dan putranya Pangeran Serang II yang terlibat dalam perang tersebut. Pangeran Serang II menyerang Belanda di Pantai utara pada bulan Agustus - September 1825. Raden Ayu Serang juga banyak bertapa di gua-gua di pantai selatan Jawa sehingga memiliki kesaktian.
Perempuan yang memiliki kecerdasan dengan tingkat tinggi yakni Raden Ayu Yudokusumo. Pada 17 September 1826, dia membuat ide serangan atas komunitas Tionghoa di Ngawi. Muneng, kabupaten suaminya di timur Kali madiun menjadi pusat pertahanannya. Kemudian, antara November 1927 dan Maret 1828, dia ikut bergabung dengan pasukan Raden Sosrodilogo di Jipang Rajekwesi.
Perempuan di desa-desa Yogyakarta selalu siap pasang badan dalam menghadapi musuh. Perempuan-perempuan yang berjasa juga membawa barang berharga ke medan laga dengan memakai seragam termpur yang sama seperti pria dan selalu konsisten dengan yang dilakukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H