Karena di balik anak tengah yang terlihat kuat, ada hati yang pernah retak karena tak pernah didengar. Ada jiwa yang bertahan dalam keheningan karena dunia terlalu bising untuk memperhatikan. Dan yang mereka rindukan bukan sekadar tempat untuk berbicara, tetapi seseorang yang benar-benar ingin mendengar tanpa terburu-buru, tanpa menghakimi, hanya mendengar dengan sepenuh hati. Namun, yang jarang diketahui orang adalah bahwa keheningan itu bukan tanda ketidakpedulian melainkan mekanisme bertahan.
Menurut Dr. Catherine Salmon, anak tengah sering merasa diabaikan, memengaruhi rasa percaya dirinya. Meski demikian, pengalaman ini juga membuat mereka lebih mandiri dan mampu menghadapi tekanan. Mereka belajar bertahan, namun tidak pernah berhenti merindukan hal-hal sederhana: dipahami, dihargai, dan diakui.
Satu Pertanyaan yang Bermakna
Bayangkan seseorang yang selalu berada di tengah, memberi tempat untuk semua, namun jarang memiliki ruang untuk dirinya sendiri. Betapa satu perhatian kecil, seperti sebuah pertanyaan sederhana—“Apa yang kamu rasakan?”—bisa membuka pintu yang selama ini terkunci rapat.
Sebuah Ajakan untuk Mendengar
Sebagai keluarga, mari berhenti sejenak. Dengarkan mereka, bukan hanya kata-katanya, tetapi juga hatinya. Anak tengah yang tampak kuat sebenarnya menyimpan keinginan yang sederhana—untuk merasa terlihat dan berarti. Diam mereka bukan tanda mereka menyerah, tetapi cara mereka bertahan dalam dunia yang sering melupakannya. Mereka tidak meminta banyak, hanya sedikit ruang, sedikit perhatian. Apakah kita berani menghentikan langkah dan mendengar suara mereka sebelum diam menjadi satu-satunya bahasa yang tersisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H