Momen seperti ulang tahun Rahmi yang dilupakan anak-anaknya, hingga kepergiannya ke Pekalongan tanpa sepengetahuan mereka, adalah gambaran nyata bagaimana ibu sering kali diabaikan. Namun, adegan yang paling menghancurkan hati adalah ketika Rahmi meninggal dunia, meninggalkan anak-anaknya dengan penyesalan mendalam.
"Ibu kehilangan sakitnya, tapi aku yang sakit kehilangan ibu." Kutipan ini, disampaikan oleh Amanda Manopo yang memerankan Rania , seolah menyuarakan perasaan kita yang sering merasa kehilangan saat semuanya sudah terlambat. Sebuah pesan dari film ini terasa begitu relevan:Â
"Saat ibu bisa merawat sepuluh anak, sepuluh anak belum tentu bisa merawat satu ibu."Â
Kalimat sederhana ini mengingatkan kita pada kenyataan pahit yang sering kali terabaikan. Bayangkan betapa lelahnya tangan yang dulu menggendong kita tanpa keluhan, sekarang bergetar mencari pegangan. Betapa sunyi nya hati yang dulu selalu penuh tawa saat bersama kita, kini hanya ditemani kenangan masa lalu. Film ini seolah bertanya: apakah kita sudah membalas kasih itu, atau justru kita masih sibuk dengan alasan, lupa bahwa waktu bersama ibu tidak akan selamanya ada?
Pelajaran yang Menyentuh Generasi Saat IniÂ
Di era modern ini, banyak anak yang terjebak dalam rutinitas. Sibuk mengejar karier, memenuhi target, hingga lupa bahwa ada ibu yang terus menunggu kabar, meski hanya satu pesan sederhana. Lupa bahwa ada ibu yang selalu menunggu kabar sederhana seperti, "Ma, aku sudah makan."
Film ini menyuarakan semua itu, mengajak kita untuk tidak hanya sibuk memperbaiki dunia luar, tapi juga membangun kembali hubungan dengan ibu yang mungkin sudah renggang.
Film ini menyentuh realitas bahwa:Â
Anak pertama sering merasa harus kuat, meski dalam hati ingin menangis.