Mohon tunggu...
Naomi Nur
Naomi Nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang yang menyukai fantasi dan berkarya dalam tulisan, berbagai jenis tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bila Esok Ibu Tiada: Maafkan Aku Terlambat Hadir

4 Desember 2024   20:59 Diperbarui: 4 Desember 2024   21:26 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen seperti ulang tahun Rahmi yang dilupakan anak-anaknya, hingga kepergiannya ke Pekalongan tanpa sepengetahuan mereka, adalah gambaran nyata bagaimana ibu sering kali diabaikan. Namun, adegan yang paling menghancurkan hati adalah ketika Rahmi meninggal dunia, meninggalkan anak-anaknya dengan penyesalan mendalam.

sumber/ Leo Picture 
sumber/ Leo Picture 

"Ibu kehilangan sakitnya, tapi aku yang sakit kehilangan ibu." Kutipan ini, disampaikan oleh Amanda Manopo yang memerankan Rania , seolah menyuarakan perasaan kita yang sering merasa kehilangan saat semuanya sudah terlambat. Sebuah pesan dari film ini terasa begitu relevan: 

"Saat ibu bisa merawat sepuluh anak, sepuluh anak belum tentu bisa merawat satu ibu." 

Kalimat sederhana ini mengingatkan kita pada kenyataan pahit yang sering kali terabaikan. Bayangkan betapa lelahnya tangan yang dulu menggendong kita tanpa keluhan, sekarang bergetar mencari pegangan. Betapa sunyi nya hati yang dulu selalu penuh tawa saat bersama kita, kini hanya ditemani kenangan masa lalu. Film ini seolah bertanya: apakah kita sudah membalas kasih itu, atau justru kita masih sibuk dengan alasan, lupa bahwa waktu bersama ibu tidak akan selamanya ada?

Pelajaran yang Menyentuh Generasi Saat Ini 

Di era modern ini, banyak anak yang terjebak dalam rutinitas. Sibuk mengejar karier, memenuhi target, hingga lupa bahwa ada ibu yang terus menunggu kabar, meski hanya satu pesan sederhana. Lupa bahwa ada ibu yang selalu menunggu kabar sederhana seperti, "Ma, aku sudah makan."

respon penonton setelah menonton film | sumber/Leo Picture 
respon penonton setelah menonton film | sumber/Leo Picture 

Film ini menyuarakan semua itu, mengajak kita untuk tidak hanya sibuk memperbaiki dunia luar, tapi juga membangun kembali hubungan dengan ibu yang mungkin sudah renggang.

Film ini menyentuh realitas bahwa: 

Anak pertama sering merasa harus kuat, meski dalam hati ingin menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun