Mohon tunggu...
Humaniora

Dari “5 cm” kepada “Sang Demonstran”

7 Juni 2015   22:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:17 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Film tak hanya menjadi sarana hiburan, film juga dapat dijadikan sarana edukasi bahkan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. Salah satunya yaitu film yang sempat booming di tahun 2012 lalu yaitu “5cm”. Film tersebut mengisahkan mengenai persahabatan 5 anak muda yang bertekat untuk mengibarkan bendera merah putih di  puncak tertinggi jawa yaitu puncak Mahameru. Berlatar belakang persahabatan dan petualangan ditambah dengan setting tempat di gunung semeru dan ranukumbolo yang menganggumakan membuat film tersebut worth it untuk disaksikan terutama kalangan muda.

Dari film 5 cm pula saya sedikit mengetahui mengenai sosok Soe Hok Gie. Jujur saja sebelumnya saya belum pernah mendengar nama Soe Hok Gie bahkan terdengar asing. Dalam film tersebut sedikit dikisahkan mengenai sosok Soe Hok Gie yang meninggal akibat menghirup gas beracun ketika mendaki Gunung Semeru, monumennya bisa ditemukan di lereng puncak Semeru. Berawal dari film tersebut membuat saya ingin mencari tahu lebih mengenai Soe Hok Gie. Hasil pencarian di Internet membawa saya kepada kisah Soe Hok Gie seorang mahasiswa yang aktif mengkritisi praktek ketidakadilan pemerintah pada masa rezim Orde Baru. Ia menjadi salah satu pemimpin perlawanan mahasiswa Indonesia. kritikannya keras terhadap demokrasi dan politik masa itu, bersama dengan kawan-kawannya ia turun ke jalan, bahkan diceritakan dalam sebuah artikel Soe Hok Gie tidak hanya berteriak menyalurkan kritik dan aspirasinya ia pernah nekat menghadang panser tentara di depan Istana dengan tidur terlentang. Hal ini semata-mata bentuk kepedulian Soe Hok Gie terhadap kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Soe Hok Gie bukan hanya seorang demonstran yang pandai berteriak dijalan ia pun seorang pemuda yang pandai menulis. Pemikiran-pemikirannya dituangkan dalam bentuk artikel di berbagai surat kabar nasional. Di kalangan aktivis Soe Hok Gie menjadi salah satu tokoh yang menginspirasi semangat aktivis kampus ia pernah menyatakan bahwa “Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan”. Keberanian Soe Hok Gie dalam menjunjung keadilan sosial melalui demonstrasi perlu kita teladani terlebih ia memperjuangkan hak kalangan bawah atas ketidakadilan pemerintah. Demonstrasi memang tidak dilarang namun yang perlu digaris bawahi demontrasi adalah salah satu sarana untuk menyampaikan  aspirasi bukan sekedar turun ke jalan dengan melakukan tindakan anarkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun