Setelah ramai beredar tagar "All Eyes on Rafah", saat ini di media sosial juga ramai beredar dengan tagar "All Eyes On Papua". Sebenarnya apa yang terjadi di pulau Indonesia bagian timur tersebut?
Tagar "All Eyes On Papua" merupakan bentuk dukungan netizen terhadap masyarakat papua yang protes kepada perusahaan yang mengalihfungsikan hutan menjadi perkebunan sawit. Dengan meramaikan tagar "All Eyes On Papua", ini dapat mendesak pemerintah dan membantu untuk mengembalikan hak masyarakat yang telah dirampas.
Hutan adat khususnya yang terletak di Boven Digul Papua dihuni oleh masyarakat papua khususnya suku awyu dan moi, akan dijadikan perkebunan sawit terbesar di Indonesia, padahal hutan tersebut merupakan tempat tinggal dan sumber kehidupan bagi suku awyu dan moi.
Hutan adat memiliki luas 36 ribu hektar atau setara dengan lebih dari separuh luas Jakarta dan akan dibabat habis untuk dijadikan perkebunan sawit. Terdapat tujuh perusahaan yang mengoperasikan proyek ini.
Pemerintah provinsi memberikan izin lingkungan hidup kepada PT Indo Asiana Lestari (IAL) untuk menjadikan tanah dengan luas 36 ribu hektar tersebut menjadi perkebunan sawit. Suku awyu dan moi mengadakan aksi damai di depan kantor MA dengan menggunakan pakaian adat tradisional. Perlawanan masyarakat papua tentu tidak mudah. Demi mendapatkan hak-nya kembali, mereka rela melewati rute yang berbahaya bahkan mengeluarkan biaya tinggi untuk terbang ke Jakarta.
Jika proyek perkebunan sawit terjadi, dampaknya tidak hanya menghilangkan hutan alam tetapi proyek ini akan menghasilkan emisi CO2 sebanyak 25 juta ton. Jumlah tersebut sama saja dengan menyumbang 5% dari tingkat emisi tahun 2030. Dampak dari perkebunan sawit ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat papua tetapi juga akan berdampak ke seluruh penjuru dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H